Pukul 08.04
Ifah si morning person kalo punya banyak fikiran. Well ya,
hari ini seharusnya saya isi dengan mengambil jatah tidur yang terenggut selama
weekdays, but here I am. Bangun subuh, kerjakan artikel, dan berkunjung ke sini
Halo blog, maaf salam pembukaku berisi keluhan.
Sebelumnya sekitar 1,5 tahun saya hiatus dari sini dan ya
akhirnya saya balik lagi. Kebetulan, artikel minggu ini lumayan sedikit dan
lumayan mudah di cerna, sehingga akhirnya saya punya sedikit waktu untuk menulis.
Ohya, sebenarnya selama 1,5 tahun ini, saya tidak benar-benar hiatus dari
nulis. Kebetulan saya memiliki tempat menulis baru dan punya vibes yang
menyenangkan, yaitu quora
Beberapa tulisanku di muat disana dan cukup banyak
pengikutnya. Hal yang menyenangkan dari nulis adalah pembaca yang relate
terhadap tulisan kita. Dan di quora, saya mendapatkan hal tersebut. Lalu
pertanyaannya kenapa balik ke blog ini?
Sejujurnya saya merasa bahwa blog adalah tempat terbaik
untuk bercerita dan gak ada yang aktif di sini HAHAH. Kalo quora, mungkin
memang gak banyak yang tau quora, tetapi teman kampus ku rata-rata pengen baca
tulisanku makanya agak khawatir untuk berkeluh kesah di quora.
Hari ini, meskipun di buka dengan keluhan banyak fikiran,
kalo di fikir-fikir saya ada masalah apa ya? Jadi lupa punya masalah. Bentar mikir dulu.
BRB
Sudah berdiam diri. Mikir mau cerita apa tapi tetap aja
lupa. Maka dari itu, pengen bahas tentang drama korea yang minggu lalu sudah
dibungkus. Nevertheless.
Drakor pertama yang saya tonton pakai Netflix karena tidak
sabar nunggu episode selanjutnya dan
tidak sanggup menunggu lebih lama di situs bajakan. Nevertheless di
tutup dengan realistis. Dari sekian banyak drakor yang pernah saya nonton,
kayaknya nevertheless ini yang paling realistis deh
Kayak setiap orang pasti punya kisah seperti Yu Na Bi ini,
yang sebenarnya kita tau kalo pasangan kita ini bangsat bahkan buktinya ada di
depan mata tapi tetap aja denial. Dan pada akhirnya milih orang yang kita
sayang daripada orang yang menyayangi kita.
Tapi hukum seperti ini gak selamanya berlaku sih. Saya sendiri merasa jika
Park Jae Eon ini tidak berubah di beberapa episode akhir, saya rasa Na-Bi juga
bakal milih mas-mas kentang. Ya gimanapun mas-mas kentang ini cinta pertamanya
mba Na-bi.
Disini, lagi-lagi saya merasa relate sama mba Na-Bi. Boleh
aja sebenarnya si mas kentang ini menjadi cinta pertamanya, tapi bukan berarti
perasaan akan kembali seperti dulu jika dipertemukan kembali. Terlebih jika
sudah menemukan orang baru. Yang saya tahu, ketika perasaan sudah hilang, usaha
apapun tidak akan berdampak apapun. Kecuali, masih ada rasa yang tersisa
Beralih dari nevertheless, mari berbucin dengan BTS.
Jadi, 2 tahun kebelakang benar-benar jadi bucinnya Seokjin.
Sumpah ya, sampe request kalo wisuda maunya standee Seokjin dan Jungkook.
Sebahagia itu saya dengan mereka. Tiap malam selasa, selalu nunggu run bts dan
endingnya ketawa-ketawa sendiri. Tapi sumpah, seokjin tuh definisi sempurna.
Udah lucu, pinter masak, ganteng, dan bisa banget membaur dalam berbagai
suasana. Jokesnya dia tuh kenapa dapat banget di saya padahal bahasa korea yang
cuma beberapa kata aja yang saya mengerti, tapi tetap aja saya ketawa. Ngerti
gak sih rasanya? J
Plus, Seokjin tawanya nular. Doi ketemu jungkook + jimin
udah kelar dunia. Gila.
Pertama kalinya punya bias, dan ternyata semenyenangkan itu.
Teman saya sampe bilang “Lebih bahagia mana sebelum atau setelah punya bias?
Pasti setelah punya”. DEFINITELY YES! Bener. Saya bahagia sekali sampe kakak
kadang ngomong ”freak abis u” saking seringnya ketawa liat Seokjin. Ya mau
gimana, sayang sekali sama mereka. Hal yang paling buat saya into banget ke BTS
karena beberapa lagunya terasa menyelamatkan saat saya berada di tahap
terendah. Tidak bermaksud melebihkan, tetapi benar seperti itu
BTS tuh paket komplit dan baru pertama kali suka dengan
semua personilnya walaupun tetap, biasku cuma Seokjin. Cuma, dari RM, Yoongi,
J-Hope, Jimin, Taehyung, dan Jungkook, semuanya menyenangkan dan punya
kemampuan masing-masing yang bikin mereka punya daya tarik tersendiri.
RM, siapa yang gak tertarik dengan cowok pinter? Plus RM
public speakingnya bagus dan apa yang dia sampaikan benar-benar point yang
penting yang kadang luput dari perhatian orang.
Yoongi, si jenius. Pendiam tapi karyanya luar biasa. Dan
selalu setuju dengan orang yang bilang kalo Yoongi tuh suamiable.
J-hope, gaada yang bisa ngalahin tarian J-hope. Si dancing
machine. Gak denger music aja, temponya tetap bener
Jimin, si pemilik tarian indah. Tiap liat Jimin nari, refleks ngomong "INDAH SEKALI JIMIN!". Si paling perhatian sama
member dan army. Luv.
Taehyung, gak pernah ngerti sama Tae. Ekspresinya itu loh.
Dan gaada yang bisa baca fikiran Tae. Dia adalah member yang paling sukar di
tebak
Jungkook, si golden maknae. Apasih yang tidak bisa kamu
lakukan, Jungkook? Sangat bisa diandalkan.
Last but not least, Seokjin. Member paling tua tapi kelakuan
paling bocah. Paling absurd, lucu dan selalu bisa mencairkan suasana.
Sampe sekarang, saya masih sering nanya ke kakak gimana ya kira-kira kalo saya akhirnya ketemu sama BTS? Nonton konser virtualnya aja udah senangnya gak bisa dijelaskan dengan kata-kata, apalagi ketemu benaran, apalagi fansign. Khayalan apalagi apalagi ini ifah wkwk. Punya standeenya aja udah senang
Sampai sini baru nyadar, tertumben postingan ini tidak berisi keluhan padahal niatnya nulis di sini ya karena mau mengeluh wkwk.
Oke baik, balik ke dunia nyata.
Well kemarin akhirnya ketemu sama senior yang setahun lalu dekat. Ini pertemuan pertama dan tidak di sengaja sebenarnya. Kebetulan dia WO di wedding temanku. Akhirnya datang, dan ya liat dia. First impression, gak tau ya, tapi dia kayak aktif gitu anaknya. Tbh secara fisik, dia sesuai dengan apa yang di ceritakan oleh teman-temanku. Well sebenarnya dekat sama dia setahun lalu cukup membuat saya insecure walaupun kami tidak pernah ketemu saat itu. Yang jelas, saat si kakak ini mulai follow instagramku, saya nanya ke teman "siapa ini?" dan tau gak teman saya balas apa, "Masa ko nda tau ifah, ite *****, anak basket, idola sekolah dulu" dan saat itu saya gak punya clue apa-apa, toh pas SMA gak pernah merhatiin orang-orang, terutama idola-idolaan
Time flies, dekat dan akhirnya dia memutuskan hijrah. Keluar dari pekerjaan yang saat itu berkaitan dengan riba. Dan disinilah dia saat ini. Senang sekali melihat perubahaannya saat ini. Celananya sudah cingkrang seperti lelaki hijrah pada umumnya. Tetapi satu hal yang saya liat meskipun ia menggunakan masker, auranya masih terlihat. Ia masih jadi idola hingga saat ini.
Temanku bahkan sempat bilang kalau misalnya saya dan si kakak ini jadi, mungkin seangkatan bakalan heboh mengingat si kakak ini lumayan berpengaruh, tapi itu justru yang membuat saya insecure. Siapalah saya di masa SMA, bahkan sampai saat ini siapalah saya. Saya bahkan gak pernah mikir bakal menjalin hubungan dengan kakak ini, mengingat kita gak pernah membicarakan hal-hal berat sehingga sulit menebak cara dia menyelesaikan masalah. dan menurutku, nyari pasangan tuh poin pentingnya di problem solving. Hubungan gak bakal kemana-mana kalo cara menyelesaikan masalah dua manusia ini berbeda
OrionxIf