Pages

Senin, 20 Desember 2021

Breakout

 It's been a while. Bentar lagi tahun baru, doaku hanya sekedar siapapun kamu, semoga apa yang kamu semogakan bisa terealisasikan. Aamiin.

Akhirnya nulis di sini lagi. Rasanya sudah lama tidak mampir untuk menulis, meski rasanya setiap hari aku berkunjung disini untuk sekadar membaca tulisanku. Tulisan hari ini ditemani oleh Yotta dan playlist Justin Bieber yang sekarang sudah beralih menjadi playlist bts healing songs.

Oya, perkuliahanku telah selesai. Belum benar-benar selesai. Hanya saja, seluruh mata kuliah sudah ku selesaikan dengan (alhamdulillah) nilai yang sesuai. Sisanya, thesis di semester depan. Semoga saja kemudahan selalu menyertaiku, aamiin.

Dengan berakhirnya perkuliahan, aku akhirnya bisa fokus untuk merawat diri lagi. Ntahlah, selama proses perkuliahan terutama di semester ini, aku beberapa kali mengalami breakout. Bahkan saat menulis ini wajahku masih belum pulih sepenuhnya. Di tambah kulitku tidak seputih seperti awal tahun 2021. Dulu saat masuk kuliah, teman kampusku sempat ngomong saat kami nongkrong "kamu gak pernah keluar rumah apa gimana? putih banget". Gak hanya dia sebenarnya, beberapa temanku sempat notice juga gak mau foto kalo dampingan sama aku, karena jomplang banget bedanya. Tapi emang 2019-2020 benar-benar bening banget. Putih bersih gitu loh. Terus wajahku juga putih mulus. Gaada jerawat dan bekas jerawat satupun. Bahkan kadang keluar rumah gak perlu pake bedak apapun. Modal moist, sunblock plus liptint udah ready to go. Bahkan sering banget dulu, belum mandi tapi dikira udah mandi. Sering banget wkwk. 

Kalo sekarang, paling mentok pakai conclear di bekas jerawat plus bedak padat. Tetap gak pake foundie atau bb cream sih, karena menurutku agak too much. Pake conclear aja udah too much menurutku, tapi ya gimana lagi, bekas jerawat ini harus disembunyikan. Tapi anehnya, pedenya tetap sih. Gak insecure. Bahkan sering banget ngaca di rumah dan refleks ngomong "cantikmu ifah" wkwkw. Self-love first sis hehe.

Di liburan kali ini bener-bener planning supaya bisa kembali seperti dulu lagi. Insya Allah. Biar ujiannya glowing gitu loh. Apalagi pas wisuda, pokoknya harus udah glowing. Harus foto. Gak mau tau wkwk. 

Ohya, beberapa minggu yang lalu aku juga merasa kalo kulitku agak menggelap. Aku sempat nanya kepada temanku dan iya mengiyakan. Makin semangatlah saya merawat diri. Yok bisa yok. Meskipun sekarang udah cantik (pedenya teteup ye) tapi gak ada salahnya balik ke diri yang dulu. Kangen juga make up glass skin, dan make up glass skin gak bakal bisa dengan adanya bekas jerawat.

Sejujurnya jerawat-jerawat ini juga muncul karena sumbangsih pola tidur yang emang berantakan. Gimana skincare mau bekerja kalo tidurnya aja tengah malam. Ngubah kebiasaan ini emang sulit banget. Doakan, ya


Xoxo,

Orionxif


Senin, 29 November 2021

Antonim

 03.00, 28 November 2021

Hampir semua kata ber-antonim

Baru koyak

Sedih senang

Ahli amatir

Jauh dekat

Tua muda

Kuat lemah

Genap ganjil

Panas dingin

Sehat sakit

Pertama terakhir

Aku kamu.

Ber-antonim dengan hati yang bertaut.


Xx

Orionif

Patah tanpa jatuh

 Akhir-akhir ini aku sedang parah-parahnya dalam menulis. Ntah kenapa, aku lebih menyukai sajak atau mungkin bisa ku sebut puisi tentang patah hati. Hal yang membuatku bingung adalah, kenapa jemariku justru menari dengan indah ketika berbicara tentang patah hati. 

Perlu kamu ketahui bahwa saat ini hatiku baik-baik saja. Tidak ada cinta yang tidak terbalas, tidak ada cinta yang di tinggalkan. Aku bahkan di fase tidak menyukai siapa-siapa. Lalu bagaimana mungkin aku bisa menulis beberapa bait patah hati ini?


xx

Orionxif

Minggu, 28 November 2021

Bukan satu tapi dua bahkan lebih

 "Aku paling mencintaimu"


Kataku saat itu. Aku kira, caraku mencintaimu adalah cara yg paling dalam, paling hebat dan paling kuat. Sayangnya, aku terlalu percaya diri dan memang terlalu percaya diri. Sampai akhirnya, aku tau bahwa aku adalah satu dari sekian banyak cinta yg kamu terima dalam hidupmu.

Dulu, aku percaya bahwa rasa yg ku punya untukmu tidak akan sanggup di lampaui oleh orang lain. Nyatanya, aku ataupun dia saling mendahului. Berganti-ganti.

Ku kira persoalan cinta hanya bersinggungan dengan volume. Namun, belakangan aku tersadar. Bahwa besar ataupun kecil rasa cinta, aku tidak akan pernah bisa mengukurnya. Tidak ada satuan ukuran. Abu-abu, tidak tegas seperti hitam atau putih. Abstrak kecuali pengetahuanku bahwa aku jatuh cinta padamu.

Mencinta membuatku menambah paradigma baru. Cinta bukan soal besaran. Cinta soal mendoakan hal baik, di satukan ataupun di pisahkan. Klasik memang. Tetapi inilah wujud cinta yg paling tulus meski tidak punya harapan untuk bersama.

Mencintaimu dengan diam adalah cara yg aku pilih. Tidak apa terasa sunyi. Yang ku semogakan hanya doaku untukmu dan pelukannya mewakili pelukanku. Baik-baik.


***

Di tulis sekitar pukul 03.33. Belum tidur dan melow. Sedang galau tanpa objek. Berusaha untuk menyelami rasa yg mungkin di rasakan oleh cinta yg tidak terbalas ntah oleh siapa Tulisan di atas adalah hasilnya. Ku harap, dapat mewakili

XX,

Orionxif


Selasa, 16 November 2021

 Kadang saya takut nulis segala keresahan disini. Takut ada yang baca. Tapi, gak punya tempat pelarian lain. Jadi jika ada yang nemu tulisan ini dan mengenalku di real life, anggap saja kamu sedang membaca tulisan orang yang tidak kamu kenal, ya. Tolong

Oya bentar lagi akhir tahun. Planning jalan-jalannya udah ada. Pengen kabur dari kota ini rasanya. Maka dari itu, pas tau bakalan ada liburan, aku jadi orang yang bersemangat. Bayangin diri pakai headset selama perjalanan. Flashback tentang apa yang udah dilaluin dalam satu tahun terakhir ini. dan berterima kasih dengan diri sendiri.

Halo ifah, you can through this! 

Gaada yang tau kamu akan menjalani jalan seperti ini. Sulit ya? Iya, sulit sekali. Tapi kamu bisa melaluinya. Sedikit demi sedikit. Dengan rasa sakit yang mungkin sudah terasa hambar. Gakpapa. Siapa sangka kamu bisa sebegini kuatnya melalui ini semua? Gak ada. Bahkan, akupun yang sudah menemanimu selama 25 tahun lebih, gak pernah nyangka kamu bisa sampai di sini. Masih bisa bernafas dengan baik. Masih bisa tersenyum lebar dan ketawa terbahak-bahak di tengah semua hal yang mungkin tergolong sulit untuk orang lain. Gakpapa faah, pembelajaran. 

Dulu kata ikhlas bahkan cuma terucap di mulut. Sekarang justru tau rasanya seperti apa. Tidak hanya di hajar sekali. Tapi berkali-kali. Rasanya? tidak bisa di jelaskan. Yang aku tau, bahwa kata pepatah bijak tidak selamanya benar. Titik yang telah aku lalui adalah titik yang membuatku benar-benar menyerahkan semuanya kepada Tuhanku. Terserah Tuhan aja, Tuhan aja yang ngatur. Kemarin aku yang ngatur justru berantakan. Aku cuma pasrah pada takdirku, pada apa yang Tuhan pilih dengan doa sederhanaku "semoga aku bisa melaluinya dengan baik"

Tidak ada yang lebih menguatkanku daripada ucapan kedua orang tuaku, 

"Jangan bingung nak, selalu berdoa, berusaha, serahkan sama Allah. Semoga lulus nak. Aamiin Ya Rabb. Semangat nak"

"Sehat-sehat nak, semoga kita jalani kuliahta dengan mulus dan lancar"

Doa orang tuaku, harapan orang tuaku. Ah, aku kembali menangis saat menuliskan kalimat chatnya.

Sabtu, 13 November 2021

Komunikasi

Sepagi ini ngobrol sama teman tentang SKB BPK, kuliahnya di UGM. Dapat referensi baru akhirnya tentang kampus dan juga profesi . Setelah percakapan di tutup, iseng scroll quora dengan maksud nyari bahan bacaan. Gaktaunya sampai pada tulisannya mas Wahyu, 

"Ketika kita tahu ada mereka yang tersesat dan membutuhkan bantuan, kita tidak mau mencoba untuk membantu dunia mereka agar lebih baik. Kita lebih memilih untuk menusuk dari belakang, membuat pembicaraan kosong dan menuntut keajaiban yang menyadarkan mereka"

"A lot of problems in the world would disappear if we talked to each other instead about each other"

-Anonim

Sumber : Wahyu Saputra (quora)

Kalimat terakhir pada kutipan pertama seperti menyentak ...menuntut keajaiban yang menyadarkan mereka . Iyaya. Kenapa lebih memilih untuk tidak membicarakannya langsung pada yang bersangkutan dan  jahatnya lebih memilih untuk berbicara pada orang lain? Seakan seluruh dunia telah mengetahui, namun, seseorang yang terlibat dalam masalah tersebut justru menjadi satu-satunya orang yang tidak mengetahui apapun. Berharap semesta akan menyelesaikan masalah ini? jangan bercanda.

Kalimat ini, tulisan ini, menyadarkanku betapa pentingnya sebuah komunikasi. Sebagai orang yang dulunya punya pengalaman memiliki komunikasi yang buruk dalam sebuah hubungan, ini jadi pelajaran yang baik. Apa-apa baiknya di omongin. Jangan di pendam. Maunya apa di omongin, jangan tiba-tiba jadi acara kuis. Tanpa hadiah lagi, hih!

Hubungan dalam hal apapun, pertemanan, pekerjaan, bisnis dan asmara apalagi. Yang namanya komunikasi adalah hal yang sangat krusial. Anehnya, kejadian diatas bukan terjadi satu atau dua kali. Sering kali, kita sungkan untuk mengungkapkan apa yang kita mau, dan berharap lawan bicara kita (mudah-mudahan) bisa mengerti. Hal yang  sangat tidak rasional tapi anehnya masih berlanjut sampai sekarang. 


Sabtu, 06 November 2021

 Hi!

Bentar lagi akhir tahun. Gak terasa udah hampir 2 semester kuliahnya. Sebenarnya terasa sih, capek banget. Tugas dimana-mana, kerjaan ada-ada aja yang bikin kesel. Belum lagi, pekerjaan lain. Kadang bisa badmood seharian karena capek banget dan gak tau harus apa. Tapi kalo di fikir lagi, emang gini kali ya kehidupan orang dewasa? Suka atau tidak, ya harus di jalani demi bertahan hidup. 

Oya, rabu depan kuliahnya udah offline. Agak beban sebenarnya. Karena kampus jauh banget astaga. Ya walaupun sekarang tetap bolak balik kampus ngurus mini research, tapi tetap aja jalannya jauh banget. Tapi beruntung sekarang udah gak boros ongkos lagi. Udah maksain diri banget buat bisa bawa kendaraan ke kampus. Meskipun traumanya masih ada. Bahkan kadang tiap nutup mata, pasti ada aja bayangan kecelakaan itu. Aku gak tau sih kapan traumanya sembuh, yang jelasnya dari hari ke hari semakin baik. Udah gak sering kaget tiap dengar klakson. Padahal dulu, langsung oleng tuh kepala. Bahkan suara motor atau mobil yang terdengar garang pun kadang bikin pusing dan mual. Gila sih, kenapa traumanya sampe segininya? 

Sebenarnya sekarang-sekarang ini masih jarang banget bawa kendaraan buat keluar. Karena teman-teman pada ngerti kalo aku masih dalam tahap pemulihan, jadi keseringan ditawarin untuk dijemput. Tapi kalo di fikir, aku bentar lagi proposal (aamiin ya Rabb). Harus bisa terbiasa kemana-mana sendiri. Gak boleh ngandelin orang-orang, karena emang gak bisa gitu. Mau gak mau, yaudah harus berani. Meskipun ibu dan ayah tuh keliatan banget khawatirnya kalo tau aku bawa kendaraan. Tapi ya mau gimana, aku gak suka bergantung dengan orang lain. Apalagi, aku tipikal orang yang menghargai waktu. Janjian jam 10, sebelum pukul 10 aku udah ada ditempat. Dan kadang kalo bareng orang lain, waktunya tergantung dari mereka dan kebanyakan dari mereka tidak memiliki prinsip yang sama denganku. Dan tentu saja, itu bukan hakku untuk menegur, karena bagaimanapun, aku yang ditolong di sini. So yeah

Oh ya, ini random banget sih. 2 minggu lalu (if im not mistaken ya) tiba-tiba jalan ke wedding expo. Ntah visi dan misinya apa sebenarnya. Tapi balik-balik ke rumah jadi tau kalo biaya nikah jaman sekarang gak main-main. Fotografinya aja bisa sampai 30 juta untuk prewed, lamaran, akad dan resepsi. Gila, belum muanya, cateringnya, baju pengantin, prewed dan lamaran. Habis berapa tuh? Mua aja jaman sekarang minimal 10 juta, ya gak sih? di tempat calon MUA ku sih seperti itu. Baju pengantin apa kabar? sejauh yang aku tau, 20-30jutaan lah ya. Itu udah fix bagus banget. Gedungnya? wkwk

Ibuku pernah ngomong gini ke aku dan kakakku, kalo udah ada yang pengen nikah, sekarang aja katanya. Karena gedung sekarang lagi promo gitu sih. Untuk sekelas Swissbell 65jutaan. Ya lumayan banget. Mengingat sebelum pandemi, harganya gak segitu. Tapi kayaknya bentar lagi naik deh, soalnya kondisi udah jauh membaik. Bahkan event-event udah boleh di gelar. Besok malah udah ada Makassar Jazz Festival. Seneng. 

Btw nulis ini sempat terdistract LPJ. Gila itu LPJ dari Juli kagak selesai-selesai. 


Jumat, 29 Oktober 2021

November

 Akhir oktober. Banyak yang berulang tahun. Beberapa adalah orang terdekatku. Saat menulis ini, saya melakukan multitasking membersihkan  make up, mengetik tulisan ini, dan membalas beberapa chat. 

Sebentar lagi november. Salah satu bulan favoritku. Apalagi alasannya kecuali hujan. Saya menyukai hujan. Jika di tanya alasannya mengapa, mungkin karena hujan selalu berhasil membuat orang-orang menyadari tentang perasaannya yang terdalam. Hujan menghilangkan logika, dan membiarkan hati yang berbicara


Senin, 11 Oktober 2021

Random Thought

 Hi!

Berasa sudah lama sekali tidak mampir di sini, padahal sebenarnya mah sering mampir tapi gak nulis. Ya senang aja baca tulisan sendiri sambil recall memories sambil mikir "dulu kok sebegininya, ya?"

Beberapa hari lalu sempat stress sampe mikir gak mau main sosmed apapun tapi akhirnya menyerah. Akhirnya memutuskan untuk berkabar dengan salah satu sahabatku, Ahsan. Ya kita emang jarang komunikasi tapi sekalinya komunikasi, update kehidupannya lama bestie.

Dari ketawa-ketawa sampe sedih-sedihan balik lagi ketawa-ketawa lagi di tutup dengan tebak-tebakan dari aku, contohnya

Bahasa inggrisnya hari ibu apa? Mothers day

Kalo bahasa arabnya?

.

.

.

Yaumul Ummi


Udah semacam kuis bunda, garing tapi ketawa gak berenti. Agak receh memang. Ya begitulah.

Satu hal yang aku syukuri dari percakapan kami adalah kehidupanku jauh dari kata drama sebuah hubungan. Dan itu menyenangkan sekaligus melegakan. Bagaimanapun untuk tipikal pemikir seperti aku, hal-hal kecil sekalipun akan terus ada dalam fikiranku. dan bisa bayangkan jika aku sampai punya hubungan drama? Bahkan saat ayahku akan di operasi, aku jadi satu-satunya orang yang gak tau bahwa beliau akan menjalani operasi. Baru di kasi tau setelah operasi. dan bisa tebak gak aku ngapain, nangis kejer. Tapi ayahku bilang dia lakukan ini karena dia pengen jaga aku biar gak kefikiran :((((

Salah satu tujuanku menganut paham date in private juga sebenarnya adalah ini. Meminimalisir fikiran dan drama dengan tidak melibatkan banyak orang. Mungkin, orang-orang akan tahu siapa pasanganku ketika aku sudah siap melangkah ke jenjang berikutnya, misalnya tunangan. Ya mungkin. Aku bahkan sempat mikir, yaudah pas akad aja nanti baru di share calonnya siapa. Tapi sepertinya tidak mungkin, mengingat momen pertunangan adalah salah satu momen sakral yang layak diabadikan oleh keluarga bahkan mungkin beberapa teman yang aku anggap dekat dengan aku.

Bicara tentang pasangan, kemarin saya dan ahsan sempat membahas tentang ini. Dan sempat nanya, kenapa ada orang yang bisa mendekati orang lain sementara orang tersebut sudah punya pasangan. Menurutku, ini adalah hal yang paling menjijikkan dan tidak bisa di toleransi. Bagaimana mungkin ada seseorang bisa berbuat sebegitu rendahnya? Mungkin benar bahwa perasaan tidak bisa diatur. Kita tidak akan bisa memilih pada siapa hati kita berpihak dan jatuh hati. Benar memang. Tetapi, tidak perlu mengejar dan berambisi mendekati orang lain jika masih berstatus milik orang lain. Susah memang, tapi dengan menjadi pengkhianat akan merendahkan dirimu sendiri. Maafkan jika terkesan kasar. Tapi untukku yang sudah berkali-kali merasakan dikhianati, para pengkhianat tidak akan pernah ada nilainya di mataku.

Aku pernah menyukai seseorang. Bahkan sangat menyukainya. Perasaan yang saat itu aku sadari setelah berjumpa dengannya di salah satu mall. Aku tau perasaan yang aku punya setelah lulus adalah perasaan yang lebih dari sekedar kagum. Terima kasih Fadil untuk perasaan menyenangkannya. Tetapi menunggu setahun bahkan dua tahun sampai akhirnya dia punya pacar, membuatku untuk mundur perlahan. Tidak ada niat sedikit pun untuk mendekati meskipun kami pernah dekat sebelum dia bersama wanita ini. Tapi aku sangat menghargai pasangannya dan tidak melanjutkan perasaan yang aku punya. Karena kebahagiaan yang hakiki tidak akan tercipta dari hasil merebut bahagia orang lain. Prinsip itu aku pegang teguh. Meski move onnya butuh effort dan seniorku pernah bilang gini 

"Kamu tuh beda saat sama Fadil. Kelihatan dirimu yang sebenarnya. Karena dari apa yang saya lihat, seru sekali percakapanmu dengan dia. Tapi waktu dengan R (inisial temannya yg pernah dekat dengan saya) kamu buat dia frustasi"

Dari percakapan itu, aku nyadar bahwa apa yang aku rasakan ke Fadil ini lebih dari sekedar dari rasa kagum. Mungkin memang berawal dari kagum tetapi berakhir dengan rasa yang berbeda. Tetapi sebesar apapun apa yang ku rasa, aku akan mundur dengan keadaanku saat itu. Bukan tidak ingin berjuang, hanya saja, aku tidak ingin membebani diriku dengan mengejar orang lain yang bisa saja berujung pada kecewa. Kecewa adalah perasaan yang paling aku hindari wkwk. Pengecut sekali. Sama perasaan sendiri tidak ingin berjuang. Benar. Aku tuh anaknya cuma bisa dicintai aja. Gak mau ngambil resiko mencintai. Jujur ini berasa badai amat tapi emang agak takut sebenarnya.

Dengan umur yang sekarang yang mungkin bisa di katakan dewasa, aku ngerasa perasaan semacam ini harus di minimalisir jika mengganggu produktivitas. Jangan sampai perasaan seperti ini mengganggu. Aku punya tujuan yang harus aku capai, harus fokus. Jangan terlalu terlibat dengan masalah perasaan. Ribet jadinya. Apa yang aku punya saat ini adalah apa yang aku rasakan 10 tahun lalu. Berambisi dan tidak terlibat dengan perasaan. Terima kasih Tuhan, telah mengembalikan diriku yang seperti ini.

Btw jujur nulis ini di temani dengan lagu Karena Cinta - Joy Tobing. Berasa bertolak belakang banget dengan apa yang aku tulis wkwk 


Orionxif

Sabtu, 02 Oktober 2021

Kalut

01.02
Masih duduk, diam dan mandang laptop. Mau nangis sejadi-jadinya. Pundak rasanya berat. Kepala apalagi. Boleh ngomong capek gak?
Capek
Capek
Capek
Capek
Capek

Bingung harus apa. Banyak yang harus kukerjakan dalam waktu 2 minggu ini. Apa kabar SKDku? Semoga segala macam urusan ini bisa secepatnya ku selesaikan ya. Biar bisa fokus ke kamu.
Satu kata "semangat ifah!" bahkan berarti sekali hari ini. Baru sadar, kata-kata itu yang bikin aku nangis dan mutusin nulis ini. Aku sadar banget bahwa support systemku sangat luar biasa. Bahkan tanpa perlu ku katakan semua yang ku rasakan. Pikiranku berat dan kalut. Aku tidak tau bagaimana cara melewati ini, tetapi ku yakini akan berlalu walaupun tidak tahu bagaimana cara dan hasilnya akan seperti apa. Aku hanya berharap yang terbaik dan semoga Tuhan meridhoi. Semoga

Tuhan, tolong tenangkan hatiku, yakinkan aku bahwa semua ini bisa berlalu dan aku sanggup melalui semuanya dengan baik. yakinkan diriku bahwa aku bisa dan semuanya akan baik-baik saja. 


Minggu, 26 September 2021

 Ini random banget sih tapi kefikiran. Mikirin gelar kalo lulus apaan. Maunya sih M.Ak, biar yang liat bisa tau gimana susahnya strugglenya di magister akuntansi. Wkwk. Tapi ada yang ngomong juga kalo gelarnya sama aja dengan prodi lain di FEB yaitu M.Si. Saking penasarannya sampai nanya ke temen, dan dia bilang MSA. Yep makin bingung lah saya. Yaudah sih sebenarnya gausah difikirin tapi temenku pada nanya gelarnya apaan biar bisa di bikinin kado kali ya? wkwkw

Tapi jujur kalo ujian nanti gak mau ngomong ke siapa-siapa sih. Paling pas wisuda aja di story-in. selebihnya yaudah disimpan aja. Gak mau gimana-gimana juga. yang penting udah magister, udah lunas deh janji ke ayah ibu. Itu ajasih sebenarnya. Tapi fix bakalan foto di fakultas dan juga di rektorat sih karena pas S1 gak foto samsek. Ya gimana makeupnya kacau. Sampe badmood berhari-hari wkwk.

Btw tadi kefikiran ngambil profesi PPAK juga sih. Tapi mungkin ini bakal ada di list akhir deh karena pusing banget kuliah tuh. Belum lagi ngambil brevet. Panjang banget pendidikan aing. tapi sebenarnya tertarik juga ngikut sertifikasi akuntansi dan manajemen. Soalnya kayak short course gitu. Kayak seru deh ketemu teman baru. 

Jumat, 24 September 2021

Memories

Beberapa bulan belakang disibukkan dengan berbagai kegiatan yang memang harus dilakukan di kampus. Misalnya saja toefl bahkan rapat ISK bersama ketua jurusan. Beberapa kali melintasi sudut kampus terutama rektorat dan juga kantin kedokteran. Aneh, rasanya seperti melihat diriku sendiri menarik lengan teman-temanku untuk mempercepat langkah mereka agar kami dapat memperoleh kursi di kantin beberapa tahun lalu. Aneh karena suara merengekku terasa nyata, suara tawa kami semua pun tidak kalah nyata. Bayanganku saat berlari-lari di kelas MKU terasa hidup kembali. Perpus pusat dan korean corner. Tempatku dan teman-temanku saat ingin tidur sekaligus menonton tv. Ku katakan demikian karena beberapa dari kami memang akan tertidur saat menonton serial korea saat itu.

Rasanya aneh kembali ditempat yang sebenarnya sangat ingin ku tinggalkan. Bahkan aku tidak pernah menyangka akan kembali kesini setelah bertahun-tahun lamanya. Kembali mengunjungi rektorat dan berjalan-jalan di sekitar membuat ku sadar bahwa perjalananku sudah sejauh ini dan terima kasih sudah bertahan sejauh ini, Ifah. Terima kasih sudah banyak belajar dari apa yang telah dilalui. Ekspektasi memang tidak selalu sejalan dengan realita, tetapi terima kasih sudah mau menerima dan bersedia untuk melangkah kembali.

Meski lebih sering menghabiskan waktu di pasca, rapat yang diadakan oleh ketua jurusanku di fakultasku membuatku harus kembali ke gedung tempatku menghabiskan waktu sekitar 3tahun 5 bulan sekitar 3 tahun lalu. Ada banyak sekali yang berubah, terutama air mancur yang berada tepat di depan lobi fakultas. Gazebonya masih sama, kantinnya pun masih sama. Hanya saja, tidak banyak mahasiswa yang berlalu lalang. Bahkan e-lib pun, seperti tidak berpenghuni. Padahal, e-lib adalah salah satu tempat "ngadem"ku bersama teman-temanku. Ruang sidangku pun tidak lagi digunakan sebagai ruang sidang, melainkan berubah menjadi ruang rapat bersama tim ISK dan juga ketua jurusanku. 

Terakhir, kedatanganku tidak lagi bersama-sama dengan teman-temanku. Kedatanganku kali ini bersama ketua kelasku yang jelas tidak akan mengerti perasaan dejavu yang saat ini ku rasakan. Aku merindukan teman-temanku.

Aneh rasanya duduk di gazebo tidak lagi didampingi oleh teman-temanku yang brisik melainkan bersama teman-teman baruku yang tentu saja brisik. Beberapa kali ku pandangi pintu kelas dan kembali melihat diriku yang basah kuyup karena hujan atau diriku yang sengaja bersembunyi di toilet hanya karena tidak ingin mengikuti manequin challenge.

Menyusuri lobby pun tidak lepas dari ingatanku. Aku masih ingat tawaku bersama teman-temanku saat berjalan di lobby ini. Sudah sejauh ini ternyata. 

People change, but memories dont


Xo,

Orionxif

Sabtu, 18 September 2021

teman

Berusaha komit untuk mulai nulis di sini, anehnya saya merasa ingin menghilang ntah kemana
Belakangan, beban kampus membuatku ingin berteriak. Ada banyak sekali kewajiban dan konsentrasiku ntah berpihak pada apa.

Bulan oktober adalah bulan untukku membuktikan kemampuanku pada tes SKD CPNS. Namun, intensitas belajarku yang mulai beralih ke tugas kampus membuatku menjadi ciut. Belum lagi SK bimbingan yang ntah kapan akan terbit. Beruntung, salah satu dosen pembimbing yang ku inginkan, berhasil ku dapatkan. Semoga saja, pembimbing lainnya adalah pembimbing yang baik.

Belakangan, aku sering mengeluh pada beberapa senior SMA dan bahkan seniorku di kampus dulu. Hal yang ku sukai dari mereka adalah, selalu ada hal positif dari perbincanganku dengannya. Tidak hanya itu, cara mereka memberi tahuku dengan cara yang baik. Contohnya saja, saat aku sedang mengeluhkan tugas perkuliahanku yang tidak kunjung selesai yang mengacaukan jadwal belajar cpnsku. Dengan baiknya, dia berkata "Kuliah itu memang tidak mudah, wajar saja mengeluh"

Ia memaklumi, tanpa perlu memberi judge "gitu aja ngeluh". Ia tidak meremehkan apa yang sedang aku rasakan dan membiarkanku kembali pada kodratku sebagai manusia. Percakapan kami berlanjut hingga akhirnya ia bercerita dengan seorang ibu muda beranak satu dan berhasil mendapatkan nilai tertinggi saat SKD. Percakapan itu, membuatku sadar dengan sendirinya betapa banyak orang yang memiliki semangat belajar yang tinggi, meski memiliki kesibukan lain. Detik itu bahkan hingga hari ini, aku bersyukur karena Tuhan mempertemukanku dengan orang ini dan beberapa orang lain yang ada di sekitarku hari ini.

Benar saja, jika rejeki itu tidak hanya berbentuk materi, tetapi keluarga yang baik dan juga teman yang baik termasuk rejeki. Senior lainnya, adalah seseorang yang mau mendengarkan keluh kesahku meski bisa dihitung jari aku bercerita padanya, meskipun ia jarang untuk bercerita tentang dirinya. Saat ku tanyakan pada seniorku yang lain (kebetulan mereka bersahabat), ia berkata 
"Laki-laki emang gitu. Beberapa hal memang cukup di tanggung, bukan diceritakan"

Dari itu, aku semakin mengagumi kedua laki-laki ini. Dua-duanya sangat baik dan sangat bisa diandalkan. Hal yang ku syukuri adalah aku banyak belajar untuk menjadi lebih bijak dari mereka

Saat memutuskan untuk memilih Akuntansi, salah dari dari mereka-lah yang ku mintai pendapat. Kebetulan, salah satu dari mereka adalah seniorku saat S1, kebetulan ia mengambil akuntansi saat S1. Bahkan hingga saat ini, aku selalu meminta pendapatnya tentang dosen pembimbing, dan juga sharing tentang pengetahuan akuntansi. Ia sangat baik jika boleh ku sebutkan demikian. Tidak pernah ada kata tidak darinya saat aku meminta pertolongan. Ia selalu berusaha. Aku bahkan pernah bertanya padanya, mengapa ia begitu seberusahanya untuk menolong orang lain, bahkan kepadaku yang saat itu baru pertama kali ia temui di BPK (kebetulan kami kenal karena kami sama-sama peserta SKB BPK 2020)
"Menolong orang membuat saya bahagia" katanya

Jika kalimat tersebut dikatakan oleh laki-laki yang tidak ku kenal, mungkin akan kuanggap sebagai kalimat buaya. Nyatanya, laki-laki yang mengatakannya adalah laki-laki yang bahkan tidak memiliki sejarah berpacaran dan bahkan hingga saat ini ia tidak berminat untuk itu.

Dia orang yang sangat baik. Aku bahkan mendoakannya agar kami bisa lulus di tahun ini sebagai ASN. Dia adalah salah satu temanku yang berharga. Pertemanan kami adalah pertemanan ambis, dimana hampir setiap hari ada jenis soal yang kami bahas. Teman-teman, jika ada yang membaca tulisan ini, doakan kami semoga tahun ini kami bisa lulus. Aamiin


Xo, 

Ifah

Sabtu, 11 September 2021

Anonim

Nulis ini dengan kondisi selimutan dan kekeuh untuk nulis. Ada banyak sekali monolog dalam pikiran saya yang saya rasa harus saya sampaikan jika ingin waras

Hari ini seharusnya menjadi hari pembelajaran untuk persiapan cpns. Sayangnya, kondisi yang tidak fit membuat saya memilih untuk menghabiskan waktu di rumah. Padahal jauh-jauh hari sudah saya siapkan bahkan beberapa tugas minggu ini sengaja saya selesaikan minggu lalu agar bisa fokus untuk belajar di weekend ini.

Akhirnya hari sabtu ini saya habiskan dengan review artikel dan membaca di quora. Ada sebuah tulisan anonim yang saya dapatkan di sana dan relate dengan keadaan saya tahun lalu bahkan mungkin tahun ini. Ingin sekali rasanya menyisipkan kata penyemangat yang saya harap bisa membantunya melewati hari beratnya.

Ingin sekali rasanya berkata bahwa dia tidak sendiri, saya tahu persis rasanya menjadi dia meski apa yang ia alami lebih berat dari saya. Dari tulisan itu, saya tau ia mungkin menangis sejadi-jadinya saat merajut kata demi kata. Tidak ada tempat pelariannya, tidak ada tempat berpulangnya. Ayah Ibunya sudah dipanggil oleh sang Kuasa, lantas dengan siapakah ia dapat berbagi?

Kami mungkin sebaya jika di tengok dari tahun kelulusannya. Saya bisa membayangkan sebingung apa kondisinya saat ini, ia bahkan tidak punya tempat berbagi. Di tengah segala macam gambaran terkait kondisi penulis anon tersebut, anehnya saya tidak mampu menuliskan sepatah dua kata di kolom komentar quoranya. Tidak ada. Saya hanya ingin menangis dan bilang ke dia bahwa kamu bisa melewati ini. Jangan berhenti berdoa meskipun kita tidak tahu kapan doa ini akan berubah menjadi kenyataan.

Menulis ini cukup membuat saya menangis terisak karena sekali lagi tahu bebannya seberat apa. Gak mudah meski saya yakin bahwa ini akan berlalu. Ntah kapan.


Setelah beberapa lama berfikir akhirnya saya memutuskan untuk menulis beberapa kalimat ini yang saya harap dapat membuatnya sedikit tersenyum, semoga saja. Saya ingat, saat berada di fase akun anonim ini, ada tangan yang terulur pada saya. Rasanya melegakan. Tidak ada penghakiman, tidak ada kalimat menyalahkan, tidak ada penekanan. Saya merasa diterima, dibiarkan untuk kembali pada kodrat sebagai manusia yang lemah. Saya dibiarkan menerima dan mengikhlaskan sesuai dengan waktu. 
Tanpa paksaan.

1/4

Makin umur, makin kenal sama diri sendiri
Rasanya aneh. Kadang-kadang ada hari dimana saya mikir kalau beberapa tahun yang lalu, saya sama sekali gak kenal dengan diri saya. Maunya apa, sukanya apa, gak sukanya apa, gak punya prinsip, seperti ikut arus. Hal-hal sederhana tentang diri saya pun saya gak tau. Atau mungkin saja saya tahu, hanya saja perspektif mulai berubah seiring berjalannya waktu? mungkin.

Perjalanan, pendewasaan kadang sejalan dengan bertambahnya usia. Meskipun, tidak bisa dipungkiri bahwa umur tidak selalu selaras dengan ukuran kedewasaan. Bagiku, bertambahnya usia membuatku jauh lebih mengenal berbagai perspektif tentang hidup. Terlalu riya rasanya jika saya katakan bahwa sayalah ahlinya tetapi jika boleh saya katakan, saya mulai sedikit paham tentang seni dari sebuah kehidupan. Bahwa hasil ttidak akan mengkhianati hasil. Kamu boleh percaya dan boleh juga tidak. Bagiku, beberapa hal sudah cukup membuatku menolak kalimat bijak tersebut. Usaha dan doa tidak akan mengubah apa-apa jika Tuhan pun tidak menghendaki. 

Di usia seperempat abad, bahkan mungkin sebelum itu, saya mulai tertarik menjadi pendengar akan kisah hidup orang lain. Saya sadar, cerita hidup tidak hanya datang dari diri sendiri. Dunia tidak hanya berputar sebatas kisah saya. Saya mulai mendengarkan, dan saya sadari bahwa ada banyak yang telah saya lewatkan selama ini. Mendengarkan dapat membuka perspektif lain tentang cara menjalani hidup. Yang menarik adalah, mendengarkan mampu membuat saya bisa menilai karaktek orang lain. Entah bagaimana  intonasi, ekspresi, tatapan bahkan dari cara menanggapi dapat menuntun saya pada sebuah kesimpulan terkait kepribadian orang tersebut.

Hal menarik lain dari mendengarkan adalah saya jadi paham apa yang boleh disampaikan dan apa yang tidak. Maksudnya adalah, saya dapat memilah mana yang bisa sampaikan dan pendengar pun dapat nyaman menerima apa yang saya ceritakan. Saya mulai belajar bahwa menjadi tidak tahu kadang menyenangkan jika berbicara tentang hidup orang lain. Tentu hal ini tidak akan menjadi relevan jika berkaitan dengan ilmu pengetahuan.


Xo,

Orionxif

Jumat, 03 September 2021

3 September 2021



It's been a while. Tahun lalu, foto ini adalah foto yang paling saya hindari karena bisa nangis kalo liat ini. 22 Februari 20, Tuhan ngasih petunjuk yang sangat luar biasa sehingga bisa sampai pada posisi 1 saat sesi itu. Gak pernah nyangka bisa liat nama sendiri berada di posisi satu saat ujian. Terlebih saat itu, saya memilih BPK. Awalnya pesimis, karena mikir ini yang daftar BPK 2400 orang dan yang diterima cuma 22 orang untuk manajemen. Nothing to lose ceritanya. Tapi liat nama berada di posisi 1 saat SKD sesi membuat saya berani untuk mulai berharap dan menerka "mungkin di sini jalanku".

Saat itu, langsung kefikiran nelpon Ayah dan betapa bahagianya beliau setelah tahu kabar bahagia ini. Dan disinilah semua harapanku dimulai.

Lalu tibalah saat pengumuman untuk lanjut SKB. Saat itu saya berada di posisi 56 dan berhasil masuk pada tahap SKB. Meskipun posisinya agak lumayan tidak menguntungkan, tetapi saya tetap berusaha untuk bisa bersaing.

Namun saat pengumuman akhir, ternyata nama saya tidak berada dalam urutan 22 orang yang lulus di BPK. Kalo ditanya kecewa gak, kecewa pasti. Sampai rasanya saat itu kaki udah gak napak di tanah. Bayangan ayah saya sholat tengah malam dan doanya kepada Tuhan untuk meluluskan saya tiba-tiba bermunculan. Bayangan usaha saya selama ini terasa sia-sia. Saya menangis (bahkan hingga menulis ini). Kaki saya lepas dan meskipun saya paksakan untuk berjalan, langkah saya tetap goyah. Saya jatuh pada pelukan ibu saya. Saya menangis hingga lupa bagaimana bisa berpindah dipelukan ayah saya. Berjam-jam saya menangis sampai di pundak ayah. Kata maaf berkali-kali saya ucapkan dan beliau cuma bilang 
"Papi sudah bangga sama ifah nak. Ifah nda pernah susahkan papi sama mami. Mandiri sekali sejak kecil. Bisa urus dirinya, sekolahnya baik, sholat dan mengaji tanpa papi suruh. Ifah berhijab tanpa papi minta. Jangan sedih nak, apa yang kita sedihkan? Kalo urusan bangga, sudah dari dulu nak papi bangga sama kita"


Ya, seperti itu kata beliau. Sangat mampu menghiburku meskipun hatiku terasa sakit karena lagi-lagi gagal di tahap terakhir. Setelahnya, saya berubah. Cenderung tertutup. Berbulan-bulan. Awalnya, saya tidak pernah menyadari hal tersebut, namun ibuku pernah bilang bahwa ada yang berubah dari anaknya ini. Sahabatku pun mengatakan yang sama. Saya jadi orang yang berbeda beberapa bulan itu. Sampai akhirnya, bahkan hari ini saya merasa sudah menjadi seperti ifah yang dulu. Lalu bertemulah dengan kenangan ini lagi. Saya kira, saya akan baik-baik saja menceritakan hal ini, nyatanya tidak, masih saja menangis meski tidak sesakit dahulu.

Xo,

Orionxif

Minggu, 29 Agustus 2021

29 Agustus 2021

Pukul 08.04

Ifah si morning person kalo punya banyak fikiran. Well ya, hari ini seharusnya saya isi dengan mengambil jatah tidur yang terenggut selama weekdays, but here I am. Bangun subuh, kerjakan artikel, dan berkunjung ke sini

Halo blog, maaf salam pembukaku berisi keluhan.

Sebelumnya sekitar 1,5 tahun saya hiatus dari sini dan ya akhirnya saya balik lagi. Kebetulan, artikel minggu ini lumayan sedikit dan lumayan mudah di cerna, sehingga akhirnya saya punya sedikit waktu untuk menulis. Ohya, sebenarnya selama 1,5 tahun ini, saya tidak benar-benar hiatus dari nulis. Kebetulan saya memiliki tempat menulis baru dan punya vibes yang menyenangkan, yaitu quora

Beberapa tulisanku di muat disana dan cukup banyak pengikutnya. Hal yang menyenangkan dari nulis adalah pembaca yang relate terhadap tulisan kita. Dan di quora, saya mendapatkan hal tersebut. Lalu pertanyaannya kenapa balik ke blog ini?

Sejujurnya saya merasa bahwa blog adalah tempat terbaik untuk bercerita dan gak ada yang aktif di sini HAHAH. Kalo quora, mungkin memang gak banyak yang tau quora, tetapi teman kampus ku rata-rata pengen baca tulisanku makanya agak khawatir untuk berkeluh kesah di quora.

Hari ini, meskipun di buka dengan keluhan banyak fikiran, kalo di fikir-fikir saya ada masalah apa ya? Jadi lupa punya masalah. Bentar mikir dulu.

BRB

Sudah berdiam diri. Mikir mau cerita apa tapi tetap aja lupa. Maka dari itu, pengen bahas tentang drama korea yang minggu lalu sudah dibungkus. Nevertheless.

Drakor pertama yang saya tonton pakai Netflix karena tidak sabar nunggu episode selanjutnya dan  tidak sanggup menunggu lebih lama di situs bajakan. Nevertheless di tutup dengan realistis. Dari sekian banyak drakor yang pernah saya nonton, kayaknya nevertheless ini yang paling realistis deh

Kayak setiap orang pasti punya kisah seperti Yu Na Bi ini, yang sebenarnya kita tau kalo pasangan kita ini bangsat bahkan buktinya ada di depan mata tapi tetap aja denial. Dan pada akhirnya milih orang yang kita sayang daripada orang yang menyayangi kita.  Tapi hukum seperti ini gak selamanya berlaku sih. Saya sendiri merasa jika Park Jae Eon ini tidak berubah di beberapa episode akhir, saya rasa Na-Bi juga bakal milih mas-mas kentang. Ya gimanapun mas-mas kentang ini cinta pertamanya mba Na-bi.

Disini, lagi-lagi saya merasa relate sama mba Na-Bi. Boleh aja sebenarnya si mas kentang ini menjadi cinta pertamanya, tapi bukan berarti perasaan akan kembali seperti dulu jika dipertemukan kembali. Terlebih jika sudah menemukan orang baru. Yang saya tahu, ketika perasaan sudah hilang, usaha apapun tidak akan berdampak apapun. Kecuali, masih ada rasa yang tersisa

Beralih dari nevertheless, mari berbucin dengan BTS.

Jadi, 2 tahun kebelakang benar-benar jadi bucinnya Seokjin. Sumpah ya, sampe request kalo wisuda maunya standee Seokjin dan Jungkook. Sebahagia itu saya dengan mereka. Tiap malam selasa, selalu nunggu run bts dan endingnya ketawa-ketawa sendiri. Tapi sumpah, seokjin tuh definisi sempurna. Udah lucu, pinter masak, ganteng, dan bisa banget membaur dalam berbagai suasana. Jokesnya dia tuh kenapa dapat banget di saya padahal bahasa korea yang cuma beberapa kata aja yang saya mengerti, tapi tetap aja saya ketawa. Ngerti gak sih rasanya? J

Plus, Seokjin tawanya nular. Doi ketemu jungkook + jimin udah kelar dunia. Gila.

Pertama kalinya punya bias, dan ternyata semenyenangkan itu. Teman saya sampe bilang “Lebih bahagia mana sebelum atau setelah punya bias? Pasti setelah punya”. DEFINITELY YES! Bener. Saya bahagia sekali sampe kakak kadang ngomong ”freak abis u” saking seringnya ketawa liat Seokjin. Ya mau gimana, sayang sekali sama mereka. Hal yang paling buat saya into banget ke BTS karena beberapa lagunya terasa menyelamatkan saat saya berada di tahap terendah. Tidak bermaksud melebihkan, tetapi benar seperti itu

BTS tuh paket komplit dan baru pertama kali suka dengan semua personilnya walaupun tetap, biasku cuma Seokjin. Cuma, dari RM, Yoongi, J-Hope, Jimin, Taehyung, dan Jungkook, semuanya menyenangkan dan punya kemampuan masing-masing yang bikin mereka punya daya tarik tersendiri.

RM, siapa yang gak tertarik dengan cowok pinter? Plus RM public speakingnya bagus dan apa yang dia sampaikan benar-benar point yang penting yang kadang luput dari perhatian orang.

Yoongi, si jenius. Pendiam tapi karyanya luar biasa. Dan selalu setuju dengan orang yang bilang kalo Yoongi tuh suamiable.

J-hope, gaada yang bisa ngalahin tarian J-hope. Si dancing machine. Gak denger music aja, temponya tetap bener

Jimin, si pemilik tarian indah. Tiap liat Jimin nari, refleks ngomong "INDAH SEKALI JIMIN!". Si paling perhatian sama member dan army. Luv.

Taehyung, gak pernah ngerti sama Tae. Ekspresinya itu loh. Dan gaada yang bisa baca fikiran Tae. Dia adalah member yang paling sukar di tebak

Jungkook, si golden maknae. Apasih yang tidak bisa kamu lakukan, Jungkook? Sangat bisa diandalkan.

Last but not least, Seokjin. Member paling tua tapi kelakuan paling bocah. Paling absurd, lucu dan selalu bisa mencairkan suasana.

Sampe sekarang, saya masih sering nanya ke kakak gimana ya kira-kira kalo saya akhirnya ketemu sama BTS? Nonton konser virtualnya aja udah senangnya gak bisa dijelaskan dengan kata-kata, apalagi ketemu benaran, apalagi fansign. Khayalan apalagi apalagi ini ifah wkwk. Punya standeenya aja udah senang

Sampai sini baru nyadar, tertumben postingan ini tidak berisi keluhan padahal niatnya nulis di sini ya karena mau mengeluh wkwk.

Oke baik, balik ke dunia nyata.

Well kemarin akhirnya ketemu sama senior yang setahun lalu dekat. Ini pertemuan pertama dan tidak di sengaja sebenarnya. Kebetulan dia WO di wedding temanku. Akhirnya datang, dan ya liat dia. First impression, gak tau ya, tapi dia kayak aktif gitu anaknya. Tbh secara fisik, dia sesuai dengan apa yang di ceritakan oleh teman-temanku. Well sebenarnya dekat sama dia setahun lalu cukup membuat saya insecure walaupun kami tidak pernah ketemu saat itu. Yang jelas, saat si kakak ini mulai follow instagramku, saya nanya ke teman "siapa ini?" dan tau gak teman saya balas apa, "Masa ko nda tau ifah, ite *****, anak basket, idola sekolah dulu" dan saat itu saya gak punya clue apa-apa, toh pas SMA gak pernah merhatiin orang-orang, terutama idola-idolaan

Time flies, dekat dan akhirnya dia memutuskan hijrah. Keluar dari pekerjaan yang saat itu berkaitan dengan riba. Dan disinilah dia saat ini. Senang sekali melihat perubahaannya saat ini. Celananya sudah cingkrang seperti lelaki hijrah pada umumnya. Tetapi satu hal yang saya liat meskipun ia menggunakan masker, auranya masih terlihat. Ia masih jadi idola hingga saat ini.

Temanku bahkan sempat bilang kalau misalnya saya dan si kakak ini jadi, mungkin seangkatan bakalan heboh mengingat si kakak ini lumayan berpengaruh, tapi itu justru yang membuat saya insecure. Siapalah saya di masa SMA, bahkan sampai saat ini siapalah saya. Saya bahkan gak pernah mikir bakal menjalin hubungan dengan kakak ini, mengingat kita gak pernah membicarakan hal-hal berat sehingga sulit menebak cara dia menyelesaikan masalah. dan menurutku, nyari pasangan tuh poin pentingnya di problem solving. Hubungan gak bakal kemana-mana kalo cara menyelesaikan masalah dua manusia ini berbeda


OrionxIf