Pages

Sabtu, 17 Februari 2024

-

 17 Februari 2024, pukul 00.20

Salah satu resolusi diri di tahun 2024 adalah lepas dari bayang-bayang seseorang, untuk jatuh cinta pada orang baru. Namun entah bagaimana harapan bertahun-tahun itu bertahan, pada akhirnya saya bertekad untuk mengakhirinya. Berupaya menulis dan juga merealisasikan, berharap semuanya akan lepas, namun sayangnya di bulan kedua di tahun ini, atau bahkan saya memang tidak pernah lepas dari apapun tentang dia.

Akan ada selalu ada dia di waktu-waktu lelah saya dalam hidup yang entah bagaimana caranya ia muncul tiba-tiba. Namun apa yang terjadi saat ini sepatutnya saya rayakan sebagai sebuah pencapaian. Bagaimanapun, di beberapa tahun lalu tanpa memikirkannya, ia bahkan sering hadir dalam mimpi-mimpi saya. Satu mimpi yang justru berlanjut pada hari berikutnya. 

Mimpi di tahun itu yang membuat saya menengadahkan tangan saya pada sang Kuasa, "semoga kami bisa dipertemukan di versi terbaik kami, ya Allah" bisik saya pada Tuhan yang juga didengarkan oleh semesta. Bertahun-tahun mengharapkan hal tersebut, saya sadar bahwa ketika ternyata tidak ada pertemuan di garis tangan kami, sayalah sosok yang paling menderita.

Saya pernah meyakini bahwa sejauh apapun dia melangkah, semoga sayalah yang masih dia ingin sebagai rumahnya. Beberapa kali saya mengetahui hubungan barunya, beberapa kali pula saya merasa baik-baik saja. "Gakpapa, toh mereka masih di tahap pacaran, bukan nikah" kata saya. Namun jika suatu saat ia memutuskan untuk menikahi perempuan yang ia temui, saya akan sehancur apa? Menuliskan kalimat barusan saja sudah membuat saya hampir menangis.

Saya sadar ia telah lama berlalu dengan semua kenangan kami. Saya juga menduga diri sayapun demikian. Namun, ada bagian dari diri saya yang rasanya enggan melepas dirinya. Bagaimana bisa dari semua orang yang pernah saya temui, dia-lah orang pertama yang terfikir ketika hidup saya sedang capek-capeknya. 

Bagaimana bisa ia muncul dalam mimpi, bercengkrama hangat dengan keluarga saya di dapur kami dan melebarkan tangan membuka ruang untuk di peluk ketika saya muncul dihadapannya. Bagaimana bisa mimpi itu bisa hadir di saat saya dan dia tidak pernah lagi berkomunikasi bertahun-tahun.

Kadang kala, saya bertanya pada sang Pencipta apa tujuan dari semua hal ini? Jika dia bukan jodoh saya, kenapa perasaan ini masih ada di sini? Bahkan ketika saya memutuskan untuk menjalin hubungan dengan orang lain, kenapa bayangannya masih ada?


, pada akhirnya saya capek dengan semua harapan yang saya bangun sendiri. Saya capek dan tidak ingin berharap. Setiap kali melihatnya, meski