Pages

Rabu, 07 November 2018

First Post on Nov


Dear readers, this is my first post on November
And i have no reason to write this post, tapi kefikiran aja mau nulis tentang masa-masa kuliah. Kangen banget:”)
Jadi beberapa saat yang lalu, saya mengutak-atik gallery hp dan tadaaa...terpampang nyatalah video bersama teman-teman saya dengan latar belakang fakultas tercinta dan yah nostalgia
Jujur, sampai sekarang saya masih tidak percaya bahwa saya telah lulus kuliah hampir setahun lalu. Wow time really flies so fast! Saya bahkan masih mengingat dengan jelas saat-saat pertama kali masuk kuliah, bahkan ingatan saya masih menjangkau saat-saat verifikasi berkas buat kuliah. Ya Allah, waktu bener-bener cepat yah L
Awal kuliah bahkan sebelum masuk kuliah, jujur saya merasa amat terbebani dengan jarak kampus-rumah yang cukup jauh. Sementara saat itu saya hanya mengandalkan angkutan umum untuk pulang-pergi kampus. Kalau di fikir-fikir, saya lumayan ‘hodob’ ya. Ya gimana, dulu sewaktu kuliah tidak punya cukup keberanian untuk bawa kendaraan (setelah lulus baru punya, hodob).Tapi yasudahlaah, naik angkutan umum juga menyenangkan kok->bisa tidur:p
Nah sebenarnya saya masih agak bingung ya kenapa dulu dengan jarak kampus-rumah yang luar biasa jauhnya dan saya tidak pernah terlambat :’) Padahal dosen masuknya 7.30 dan estimasi waktu rumah-kampus sekitar 90 menit dan gak telat.Salut banget w
Daaannn kenapa ya jadi kangen kampus tapi masa masa mabanya doang wkwk. Waktu maba, saya sering banget lari-lari di lobby kampus padahal gakada yang ngejar J
Dan yah, saya merindukan diriku yang dahulu.
Yang cinta mati sama buku
Yang tiap hari baca buku
Yang bahagia banget kalo ke toko buku
Yang tidak peduli keadaan sekitar karna punya buku, duniaku
Dan yang selalu pede sama kemampuan diri sendiri

Kemudian setelah menulis kalimat di atas, ada rasa sedih yang menyerang. Saya merindukan diriku yang dulu. Yang even bener-bener gak peduli sama masalah perasaan bahkan tidak punya minat dan niat untuk menjalin apapun dengan siapapun. Sebodo amat itu w dulu
Ada rasa menyesal sebenarnya. Membiarkan orang lain masuk di duniaku kemudian berlahan-lahan ia menarikku dari duniaku sendiri. Benar-benar menyesal. Harusnya saya tetap berada di dalam duniaku dan akan tetap baik baik saja. Tidak akan pernah ada rasa sakit yang menghampiri. Tapi, takdir berkata lain. Takdir mendewasakanku rupanya. Kata orang, time heals. Ya benar. Dan sekarang sudah tiba waktunya dan baik baik saja. Hanya saja, saya ingin kembali ke dunia lamaku. Saya ingin kembali giat untuk membaca buku dan menghilangkan toxic sosial media. Hanya itu mauku sekarang.
Banyak dampak negatif yang saya rasakan sejak duniaku mulai dijajah oleh sosial media. Kebiasaan ‘ingin tau’ kehidupan orang lain semakin meningkat, menghabiskan berjam-jam waktu hanya untuk melihat snapgram yang sama sekali gakada gunanya tapi tetap dilakukan (hodob yekan) , kebiasaan pamer kemesraan dll dan saya harap suatu hari nanti, saya benar-benar bisa menghilangkan toxic itu sebenar-benarnya.
Dua bulan belakangan ini, saya berhasil untuk melakukannya. Mulai dari kebiasaan bangun tidur yang mulai berubah, tidak lagi meraih telpon genggam tetapi diganti dengan buku. Namun akhir-akhir ini justru toxic itu kembali. Diawali dengan niat ‘hanya sebentar’ namun di kemudian hari berlanjut hingga berjam jam, persis seperti dahulu
BTW  SAYA GAK TAU KENAPA CERITANYA JADI KESINI HAHHA
CUY NIATNYA MAU NOSTALGIA JAMAN MABA
Naknya gak konsisten. Syedih bebL
MAU LANJUT TAPI UDAH LUPA MAU NGOMONG APAL

Rabu, 03 Oktober 2018

03 Oktober 2018

Ini adalah tulisan pertamaku di bulan Oktober tahun ini. Aku melewatkan September tahun ini dengan kevakumanku dalam menulis. Di postingan terakhir blog ini, kalau tidak salah aku mengatakan bahwa mungkin aku akan kembali aktif dalam dunia tulis menulis namun sayangnya postingan tersebut menjadi tulisan terakhirku kemudian vakum untuk beberapa saat

Hal yang perlu aku jelaskan adalah aku tidak benar-benar berhenti menulis. Hanya saja aku mulai berhenti untuk mempost segala macam tulisan panjang lebarku di internet. Ntah mengapa, aku berasa harus benar-benar berhenti dari segala aktivitas ku di dunia maya terkecuali twitter

Jumat, 10 Agustus 2018

Tanpa jeda (2)

10 agustus 00.59
Rasa rasanya di tanggal ini, aku banyak membuat postingan tentang apa yang tiba tiba muncul di benakku. 

Aku tidak tau bagaimana memulai sebuah tulisan untuk menarik pembaca. Aku hanya fokus pada inti dari apa yang ingin aku sampaikan, hingga bingung bagaimana harus memulainya.

Kemarin, tepatnya 9 agustus 2018. Aku menghabiskan soreku hingga magrib di sebuah toko buku di salah satu mall di kotaku. Tujuannya, ingin membeli salah satu buku psikotes. Maklum, 11 agustus 2018 aku akan menghadapi tes tertulis jasa raharja

Sayangnya, tak ada buah tangan yang dapat aku bawa pulang hari itu. Hanya saja ada obrolan menarik yang aku dapatkan. Cita cita.

Sejujurnya, aku tipikal orang yang sangat amat takut akan kegagalan. Walaupun semua orang pasti takut gagal, sayangnya saya berada pada level takut mengambil resiko. Sehingga, cita citaku menjadi jauh lebih simpel dari orang orang yang seusia denganku. Alasannya? Tentu saja takut gagal

Namun apa yang aku sadari hari ini adalah, ketakutan tersebut justru menjadikanku jauh lebih ciut dari sebelumnya. Jauh lebih penakut dari sebelumnya. Cita citaku biasa kata orang.  Ku fikir pemikiran itu hanya cemohan yang tak perlu aku pertimbangkan. Nyatanya aku salah

Pemikiran tersebut benar. seorang temanku mengatakan, bahwa aku punya cukup modal untuk jauh melampaui cita cita rendahku. Aku hanya perlu cukup berani untuk melampaui ketakutanku akan kegagalan. Tak pernah ada yang tau hasil sebelum mencoba. Untuk itu, ku dedikasikan postingan ini untuk diriku sendiri. Sebagai tanda bahwa akupun berhak akan cita cita tinggi seperti yang lainnya

Xo
Nurkholifah

Tanpa jeda (1)

10 Agustus 2018
Pukul 00.42

Hari sudah larut. Ya seperti biasa imajinasiku mengalir tanpa putus. Banyak hal yang ingin ku tuangkan dalam bentuk tulisan. Sayangnya, baru kali ini terealisasikan 

Tulisan ini, tulisan pertamaku di tahun 2018. Tahun ini, mungkin aku akan lebih banyak menulis dan menuangkan apa yang ada di fikiranku tanpa jeda. Ntahlah. Belakangan ini aku merasa perlu untuk menulis.

Aku ingat betul, terakhir kali aku menulis di blog ini saat kondisiku sudah agak lumayan setelah putus cinta. Apa yang aku sampaikan saat itu, memang apa yang aku rasakan. 

Tapi hari ini, kondisinya masih sama. Bukan putus cinta tepatnya, tetapi kondisi mengikhlaskan seseorang. Bukan karna perasaan yang tlah berubah. Hanya saja, fikirku jauh lebih realistis sekarang. Aku merasa bahwa semua akan berakhir sia sia pada akhirnya. Tujuan yang berbeda, bukankah selalu di awali dengan jalan yang berbeda?

Aku sadar bahwa sekeras apapun aku dan (mungkin) kamu saat itu, jalan yang terbuka untuk kita tetap memiliki dua jalur. Pilihannya hanya 3. Pertama aku mengikuti jalanmu, kedua kamu mengikuti jalanku dan yang terakhir adalah kita memilih jalan masing masing yang tentu berakhir di persimpangan yang berbeda.

Tahukah kamu bahwa apa yang aku usahakan saat ini adalah untuk diriku, keluargaku dan juga (calon keluargaku). Begitu pula kamu. Kita sedang mengejar mimpi masing masing dan mengubur mimpi yang terlampau dini.

Ntahlah. Aku dan (mungkin) kamu adalah tokoh yang menantikan ujung dari takdir ini. Selamat menempuh jalanmu, begitupun untukku.


Xo
Nurkholifah

Senin, 01 Januari 2018

2017


360 hari
Terlalu banyak hal yang saya alami di tahun 2017. Bahagia, sedih, senang, susah, gembira, tangis. Ah banyak sekali. How time flies! Cepat sekali. Sekarang awal tahun 2018. Keadaan jauh berbeda dengan awal tahun 2017. Meskipun demikian, banyak hal yang saya syukuri di awal tahun ini. Semoga rasa syukurnya akan bertambah dari hari ke hari
2017 banyak mengajarkan saya pelajaran hidup. Bahkan saya rasa 2017 akan selalu saya kenang. Terlalu banyak hal yang membahagiakan dan menyedihkan yang saya alami. Dan hal tersebut patut di syukuri. Tidak akan ada hari ini jika tidak ada hari kemarin. Waktu-waktu lampau saling bekerja sama untuk menciptakan hari ini.
2017 diawali dengan kebahagiaan menemukan seseorang yang saat itu saya harapkan akan menjadi tempat berbagi untuk tahun tahun selanjutnya. Nyatanya harapan itu terlalu dini untuk tercipta. Terlalu mengada-ngada untuk seseorang yang waktu itu baru saya kenal. Untuk seseorang yang bahkan belum 100% saya kenal luar dan dalamnya. Untuk seseorang yang saya cintai dengan begitu mudah. Rasa bahagia yang mulai sedikit demi sedikit bertambah besar hingga saya lupa akan sekitar.  Hingga duniaku terasa hanya dipenuhi dengan dia. Bahagia. Itu awalnya.
Awal 2017, definisi kebahagiaan hanya tentang kebersamaan dengan dia. Namun akhir 2017 mengajarkan saya sebaliknya.Bukan tentang kesedihan,tetapi tentang kebahagiaan meskipun tanpa dirinya. Saya kira, bahagia itu hanya tercipta ketika bersama dengannya, namun nyatanya tidak.
Bahagia yang diajarkan akhir 2017 nyatanya jauh lebih nyata dari apa yang awal 2017 ajarkan. Bahagia. Titik. Tanpa jeda.
Awal 2017, bahagia meski harus berjuang menghadapi rasa khawatir dan nethink yang justru merusak definisi bahagia itu sendiri.
Awal 2017, bahagia meskipun bagimu dirinya jauh lebih berarti dari dirimu
Awal 2017, bahagia meski di hati ada yang terasa hampa
Awal 2017, bahagia meski saya tahu ada yang kurang

Akhir 2017, ada perpisahan. Perpisahan yang bahkan tidak pernah saya bayangkan akan sangat menyakiti saya dengan sangat dahsyat. Jika dahulu dengan entengnya saya akan memilih sakit hati daripada sakit gigi, sekarang rasa-rasa saya mulai tak tahu menentukan pilihan saya.
Akhir 2017, orang-orang datang silih berganti.
Ada yang hanya sekedar ingin tau, dan ada yang benar-benar peduli.
Ada yang benar-benar peduli,  dan ada yang hanya ingin sekedar berbasa basi
Ada yang berbasa basi, dan ada yang memberi solusi
Akhir 2017, terasa berat. Memori masih enggan untuk melupakan, namun sakit dalam diri tak bisa lagi terelakkan. Tidur yang tak tenang, bahkan saat tersadarpun masih terasa tidak tenang. Beruntunglah ada banyak sekali orang-orang terkasih yang bersedia mendengarkan keluh kesah, curhatan tengah malam dengan emosi yang sulit untuk stabil. Kadang-kadang berakhir dengan tawa, namun detik berikutnya berujung air mata.
Minggu demi minggu berlalu, ada ketenangan yang mulai saya depatkan. Berlahan-lahan, rasa sakit mulai berkurang hingga hari ini rasanya sudah amat melegakan. Semuanya tidak pernah lepas dari campur tangan Allah yang bahkan tidak pernah bosan mendengar curhatan hambanya ini
Ispa my luv (i love this gurl so much <3, si anak yang tengah malam rela saya telpon dengan suaraku yang serak karna nangis berkepanjangan, yang kisahnya sama dengan kisahku, yang selalu ada saat saya butuh, yang luvly sekali)
Qulhaq (curhat sama kakak sendiri bikin tenang adem ayem dan karna curhat sama dia jadinya saya sudah tidak ada niat untuk ngestalk apapun. Really helpJ))
Ilmi (teman jalannya ifah yang selalu kosong karna doinya jauh yey)
Dian (yang sarannya sangat cukup membuat saya tenang)
Kak Azis (my forever enemy tapi terbaik sekali saat jadi pendengar setia kisahku dan pemberi saran yang baik meski kisah cintanya sendiri nda pernah beres)
Dll
AH TERIMA KASIH BANYAK. I GOT MUCH LOVE IN 2017.
Bahagia. Dan mungkin ini definisi bahagia yang sesungguhnya.
Benar-benar tidak pernah berekspektasi bahwa bahagia itu ternyata benar-benar sederhana.
Akhir 2017 luar biasa. Kuncinya ikhlas dan bersyukur. 

Ikhlaskan yang telah pergi dan syukuri yang kamu miliki

 Terima kasih Allah, kebahagiaan ini tidak ternilai.
Xoxo
-Nurkholifah