Pages

Minggu, 26 September 2021

 Ini random banget sih tapi kefikiran. Mikirin gelar kalo lulus apaan. Maunya sih M.Ak, biar yang liat bisa tau gimana susahnya strugglenya di magister akuntansi. Wkwk. Tapi ada yang ngomong juga kalo gelarnya sama aja dengan prodi lain di FEB yaitu M.Si. Saking penasarannya sampai nanya ke temen, dan dia bilang MSA. Yep makin bingung lah saya. Yaudah sih sebenarnya gausah difikirin tapi temenku pada nanya gelarnya apaan biar bisa di bikinin kado kali ya? wkwkw

Tapi jujur kalo ujian nanti gak mau ngomong ke siapa-siapa sih. Paling pas wisuda aja di story-in. selebihnya yaudah disimpan aja. Gak mau gimana-gimana juga. yang penting udah magister, udah lunas deh janji ke ayah ibu. Itu ajasih sebenarnya. Tapi fix bakalan foto di fakultas dan juga di rektorat sih karena pas S1 gak foto samsek. Ya gimana makeupnya kacau. Sampe badmood berhari-hari wkwk.

Btw tadi kefikiran ngambil profesi PPAK juga sih. Tapi mungkin ini bakal ada di list akhir deh karena pusing banget kuliah tuh. Belum lagi ngambil brevet. Panjang banget pendidikan aing. tapi sebenarnya tertarik juga ngikut sertifikasi akuntansi dan manajemen. Soalnya kayak short course gitu. Kayak seru deh ketemu teman baru. 

Jumat, 24 September 2021

Memories

Beberapa bulan belakang disibukkan dengan berbagai kegiatan yang memang harus dilakukan di kampus. Misalnya saja toefl bahkan rapat ISK bersama ketua jurusan. Beberapa kali melintasi sudut kampus terutama rektorat dan juga kantin kedokteran. Aneh, rasanya seperti melihat diriku sendiri menarik lengan teman-temanku untuk mempercepat langkah mereka agar kami dapat memperoleh kursi di kantin beberapa tahun lalu. Aneh karena suara merengekku terasa nyata, suara tawa kami semua pun tidak kalah nyata. Bayanganku saat berlari-lari di kelas MKU terasa hidup kembali. Perpus pusat dan korean corner. Tempatku dan teman-temanku saat ingin tidur sekaligus menonton tv. Ku katakan demikian karena beberapa dari kami memang akan tertidur saat menonton serial korea saat itu.

Rasanya aneh kembali ditempat yang sebenarnya sangat ingin ku tinggalkan. Bahkan aku tidak pernah menyangka akan kembali kesini setelah bertahun-tahun lamanya. Kembali mengunjungi rektorat dan berjalan-jalan di sekitar membuat ku sadar bahwa perjalananku sudah sejauh ini dan terima kasih sudah bertahan sejauh ini, Ifah. Terima kasih sudah banyak belajar dari apa yang telah dilalui. Ekspektasi memang tidak selalu sejalan dengan realita, tetapi terima kasih sudah mau menerima dan bersedia untuk melangkah kembali.

Meski lebih sering menghabiskan waktu di pasca, rapat yang diadakan oleh ketua jurusanku di fakultasku membuatku harus kembali ke gedung tempatku menghabiskan waktu sekitar 3tahun 5 bulan sekitar 3 tahun lalu. Ada banyak sekali yang berubah, terutama air mancur yang berada tepat di depan lobi fakultas. Gazebonya masih sama, kantinnya pun masih sama. Hanya saja, tidak banyak mahasiswa yang berlalu lalang. Bahkan e-lib pun, seperti tidak berpenghuni. Padahal, e-lib adalah salah satu tempat "ngadem"ku bersama teman-temanku. Ruang sidangku pun tidak lagi digunakan sebagai ruang sidang, melainkan berubah menjadi ruang rapat bersama tim ISK dan juga ketua jurusanku. 

Terakhir, kedatanganku tidak lagi bersama-sama dengan teman-temanku. Kedatanganku kali ini bersama ketua kelasku yang jelas tidak akan mengerti perasaan dejavu yang saat ini ku rasakan. Aku merindukan teman-temanku.

Aneh rasanya duduk di gazebo tidak lagi didampingi oleh teman-temanku yang brisik melainkan bersama teman-teman baruku yang tentu saja brisik. Beberapa kali ku pandangi pintu kelas dan kembali melihat diriku yang basah kuyup karena hujan atau diriku yang sengaja bersembunyi di toilet hanya karena tidak ingin mengikuti manequin challenge.

Menyusuri lobby pun tidak lepas dari ingatanku. Aku masih ingat tawaku bersama teman-temanku saat berjalan di lobby ini. Sudah sejauh ini ternyata. 

People change, but memories dont


Xo,

Orionxif

Sabtu, 18 September 2021

teman

Berusaha komit untuk mulai nulis di sini, anehnya saya merasa ingin menghilang ntah kemana
Belakangan, beban kampus membuatku ingin berteriak. Ada banyak sekali kewajiban dan konsentrasiku ntah berpihak pada apa.

Bulan oktober adalah bulan untukku membuktikan kemampuanku pada tes SKD CPNS. Namun, intensitas belajarku yang mulai beralih ke tugas kampus membuatku menjadi ciut. Belum lagi SK bimbingan yang ntah kapan akan terbit. Beruntung, salah satu dosen pembimbing yang ku inginkan, berhasil ku dapatkan. Semoga saja, pembimbing lainnya adalah pembimbing yang baik.

Belakangan, aku sering mengeluh pada beberapa senior SMA dan bahkan seniorku di kampus dulu. Hal yang ku sukai dari mereka adalah, selalu ada hal positif dari perbincanganku dengannya. Tidak hanya itu, cara mereka memberi tahuku dengan cara yang baik. Contohnya saja, saat aku sedang mengeluhkan tugas perkuliahanku yang tidak kunjung selesai yang mengacaukan jadwal belajar cpnsku. Dengan baiknya, dia berkata "Kuliah itu memang tidak mudah, wajar saja mengeluh"

Ia memaklumi, tanpa perlu memberi judge "gitu aja ngeluh". Ia tidak meremehkan apa yang sedang aku rasakan dan membiarkanku kembali pada kodratku sebagai manusia. Percakapan kami berlanjut hingga akhirnya ia bercerita dengan seorang ibu muda beranak satu dan berhasil mendapatkan nilai tertinggi saat SKD. Percakapan itu, membuatku sadar dengan sendirinya betapa banyak orang yang memiliki semangat belajar yang tinggi, meski memiliki kesibukan lain. Detik itu bahkan hingga hari ini, aku bersyukur karena Tuhan mempertemukanku dengan orang ini dan beberapa orang lain yang ada di sekitarku hari ini.

Benar saja, jika rejeki itu tidak hanya berbentuk materi, tetapi keluarga yang baik dan juga teman yang baik termasuk rejeki. Senior lainnya, adalah seseorang yang mau mendengarkan keluh kesahku meski bisa dihitung jari aku bercerita padanya, meskipun ia jarang untuk bercerita tentang dirinya. Saat ku tanyakan pada seniorku yang lain (kebetulan mereka bersahabat), ia berkata 
"Laki-laki emang gitu. Beberapa hal memang cukup di tanggung, bukan diceritakan"

Dari itu, aku semakin mengagumi kedua laki-laki ini. Dua-duanya sangat baik dan sangat bisa diandalkan. Hal yang ku syukuri adalah aku banyak belajar untuk menjadi lebih bijak dari mereka

Saat memutuskan untuk memilih Akuntansi, salah dari dari mereka-lah yang ku mintai pendapat. Kebetulan, salah satu dari mereka adalah seniorku saat S1, kebetulan ia mengambil akuntansi saat S1. Bahkan hingga saat ini, aku selalu meminta pendapatnya tentang dosen pembimbing, dan juga sharing tentang pengetahuan akuntansi. Ia sangat baik jika boleh ku sebutkan demikian. Tidak pernah ada kata tidak darinya saat aku meminta pertolongan. Ia selalu berusaha. Aku bahkan pernah bertanya padanya, mengapa ia begitu seberusahanya untuk menolong orang lain, bahkan kepadaku yang saat itu baru pertama kali ia temui di BPK (kebetulan kami kenal karena kami sama-sama peserta SKB BPK 2020)
"Menolong orang membuat saya bahagia" katanya

Jika kalimat tersebut dikatakan oleh laki-laki yang tidak ku kenal, mungkin akan kuanggap sebagai kalimat buaya. Nyatanya, laki-laki yang mengatakannya adalah laki-laki yang bahkan tidak memiliki sejarah berpacaran dan bahkan hingga saat ini ia tidak berminat untuk itu.

Dia orang yang sangat baik. Aku bahkan mendoakannya agar kami bisa lulus di tahun ini sebagai ASN. Dia adalah salah satu temanku yang berharga. Pertemanan kami adalah pertemanan ambis, dimana hampir setiap hari ada jenis soal yang kami bahas. Teman-teman, jika ada yang membaca tulisan ini, doakan kami semoga tahun ini kami bisa lulus. Aamiin


Xo, 

Ifah

Sabtu, 11 September 2021

Anonim

Nulis ini dengan kondisi selimutan dan kekeuh untuk nulis. Ada banyak sekali monolog dalam pikiran saya yang saya rasa harus saya sampaikan jika ingin waras

Hari ini seharusnya menjadi hari pembelajaran untuk persiapan cpns. Sayangnya, kondisi yang tidak fit membuat saya memilih untuk menghabiskan waktu di rumah. Padahal jauh-jauh hari sudah saya siapkan bahkan beberapa tugas minggu ini sengaja saya selesaikan minggu lalu agar bisa fokus untuk belajar di weekend ini.

Akhirnya hari sabtu ini saya habiskan dengan review artikel dan membaca di quora. Ada sebuah tulisan anonim yang saya dapatkan di sana dan relate dengan keadaan saya tahun lalu bahkan mungkin tahun ini. Ingin sekali rasanya menyisipkan kata penyemangat yang saya harap bisa membantunya melewati hari beratnya.

Ingin sekali rasanya berkata bahwa dia tidak sendiri, saya tahu persis rasanya menjadi dia meski apa yang ia alami lebih berat dari saya. Dari tulisan itu, saya tau ia mungkin menangis sejadi-jadinya saat merajut kata demi kata. Tidak ada tempat pelariannya, tidak ada tempat berpulangnya. Ayah Ibunya sudah dipanggil oleh sang Kuasa, lantas dengan siapakah ia dapat berbagi?

Kami mungkin sebaya jika di tengok dari tahun kelulusannya. Saya bisa membayangkan sebingung apa kondisinya saat ini, ia bahkan tidak punya tempat berbagi. Di tengah segala macam gambaran terkait kondisi penulis anon tersebut, anehnya saya tidak mampu menuliskan sepatah dua kata di kolom komentar quoranya. Tidak ada. Saya hanya ingin menangis dan bilang ke dia bahwa kamu bisa melewati ini. Jangan berhenti berdoa meskipun kita tidak tahu kapan doa ini akan berubah menjadi kenyataan.

Menulis ini cukup membuat saya menangis terisak karena sekali lagi tahu bebannya seberat apa. Gak mudah meski saya yakin bahwa ini akan berlalu. Ntah kapan.


Setelah beberapa lama berfikir akhirnya saya memutuskan untuk menulis beberapa kalimat ini yang saya harap dapat membuatnya sedikit tersenyum, semoga saja. Saya ingat, saat berada di fase akun anonim ini, ada tangan yang terulur pada saya. Rasanya melegakan. Tidak ada penghakiman, tidak ada kalimat menyalahkan, tidak ada penekanan. Saya merasa diterima, dibiarkan untuk kembali pada kodrat sebagai manusia yang lemah. Saya dibiarkan menerima dan mengikhlaskan sesuai dengan waktu. 
Tanpa paksaan.

1/4

Makin umur, makin kenal sama diri sendiri
Rasanya aneh. Kadang-kadang ada hari dimana saya mikir kalau beberapa tahun yang lalu, saya sama sekali gak kenal dengan diri saya. Maunya apa, sukanya apa, gak sukanya apa, gak punya prinsip, seperti ikut arus. Hal-hal sederhana tentang diri saya pun saya gak tau. Atau mungkin saja saya tahu, hanya saja perspektif mulai berubah seiring berjalannya waktu? mungkin.

Perjalanan, pendewasaan kadang sejalan dengan bertambahnya usia. Meskipun, tidak bisa dipungkiri bahwa umur tidak selalu selaras dengan ukuran kedewasaan. Bagiku, bertambahnya usia membuatku jauh lebih mengenal berbagai perspektif tentang hidup. Terlalu riya rasanya jika saya katakan bahwa sayalah ahlinya tetapi jika boleh saya katakan, saya mulai sedikit paham tentang seni dari sebuah kehidupan. Bahwa hasil ttidak akan mengkhianati hasil. Kamu boleh percaya dan boleh juga tidak. Bagiku, beberapa hal sudah cukup membuatku menolak kalimat bijak tersebut. Usaha dan doa tidak akan mengubah apa-apa jika Tuhan pun tidak menghendaki. 

Di usia seperempat abad, bahkan mungkin sebelum itu, saya mulai tertarik menjadi pendengar akan kisah hidup orang lain. Saya sadar, cerita hidup tidak hanya datang dari diri sendiri. Dunia tidak hanya berputar sebatas kisah saya. Saya mulai mendengarkan, dan saya sadari bahwa ada banyak yang telah saya lewatkan selama ini. Mendengarkan dapat membuka perspektif lain tentang cara menjalani hidup. Yang menarik adalah, mendengarkan mampu membuat saya bisa menilai karaktek orang lain. Entah bagaimana  intonasi, ekspresi, tatapan bahkan dari cara menanggapi dapat menuntun saya pada sebuah kesimpulan terkait kepribadian orang tersebut.

Hal menarik lain dari mendengarkan adalah saya jadi paham apa yang boleh disampaikan dan apa yang tidak. Maksudnya adalah, saya dapat memilah mana yang bisa sampaikan dan pendengar pun dapat nyaman menerima apa yang saya ceritakan. Saya mulai belajar bahwa menjadi tidak tahu kadang menyenangkan jika berbicara tentang hidup orang lain. Tentu hal ini tidak akan menjadi relevan jika berkaitan dengan ilmu pengetahuan.


Xo,

Orionxif

Jumat, 03 September 2021

3 September 2021



It's been a while. Tahun lalu, foto ini adalah foto yang paling saya hindari karena bisa nangis kalo liat ini. 22 Februari 20, Tuhan ngasih petunjuk yang sangat luar biasa sehingga bisa sampai pada posisi 1 saat sesi itu. Gak pernah nyangka bisa liat nama sendiri berada di posisi satu saat ujian. Terlebih saat itu, saya memilih BPK. Awalnya pesimis, karena mikir ini yang daftar BPK 2400 orang dan yang diterima cuma 22 orang untuk manajemen. Nothing to lose ceritanya. Tapi liat nama berada di posisi 1 saat SKD sesi membuat saya berani untuk mulai berharap dan menerka "mungkin di sini jalanku".

Saat itu, langsung kefikiran nelpon Ayah dan betapa bahagianya beliau setelah tahu kabar bahagia ini. Dan disinilah semua harapanku dimulai.

Lalu tibalah saat pengumuman untuk lanjut SKB. Saat itu saya berada di posisi 56 dan berhasil masuk pada tahap SKB. Meskipun posisinya agak lumayan tidak menguntungkan, tetapi saya tetap berusaha untuk bisa bersaing.

Namun saat pengumuman akhir, ternyata nama saya tidak berada dalam urutan 22 orang yang lulus di BPK. Kalo ditanya kecewa gak, kecewa pasti. Sampai rasanya saat itu kaki udah gak napak di tanah. Bayangan ayah saya sholat tengah malam dan doanya kepada Tuhan untuk meluluskan saya tiba-tiba bermunculan. Bayangan usaha saya selama ini terasa sia-sia. Saya menangis (bahkan hingga menulis ini). Kaki saya lepas dan meskipun saya paksakan untuk berjalan, langkah saya tetap goyah. Saya jatuh pada pelukan ibu saya. Saya menangis hingga lupa bagaimana bisa berpindah dipelukan ayah saya. Berjam-jam saya menangis sampai di pundak ayah. Kata maaf berkali-kali saya ucapkan dan beliau cuma bilang 
"Papi sudah bangga sama ifah nak. Ifah nda pernah susahkan papi sama mami. Mandiri sekali sejak kecil. Bisa urus dirinya, sekolahnya baik, sholat dan mengaji tanpa papi suruh. Ifah berhijab tanpa papi minta. Jangan sedih nak, apa yang kita sedihkan? Kalo urusan bangga, sudah dari dulu nak papi bangga sama kita"


Ya, seperti itu kata beliau. Sangat mampu menghiburku meskipun hatiku terasa sakit karena lagi-lagi gagal di tahap terakhir. Setelahnya, saya berubah. Cenderung tertutup. Berbulan-bulan. Awalnya, saya tidak pernah menyadari hal tersebut, namun ibuku pernah bilang bahwa ada yang berubah dari anaknya ini. Sahabatku pun mengatakan yang sama. Saya jadi orang yang berbeda beberapa bulan itu. Sampai akhirnya, bahkan hari ini saya merasa sudah menjadi seperti ifah yang dulu. Lalu bertemulah dengan kenangan ini lagi. Saya kira, saya akan baik-baik saja menceritakan hal ini, nyatanya tidak, masih saja menangis meski tidak sesakit dahulu.

Xo,

Orionxif