Pages

Minggu, 25 September 2022

Orang yang sama

Semingguan ini rasanya aneh sekali. Ntah apa definisinya,

hampa?

empty?

aneh sekali. setelah 4 tahun lamanya terbebas dari semua perasaan yang menyangkut manusia lainnya, pada akhirnya saya kembali merasakan hal seperti ini. Saya bingung, apakah saya harus menyelami rasa kehilangan yang saya rasakan ataukah mencoba untuk mengambil 1 langkah kedepannya. Saya tidak tau, apakah benar bertindak seperti tidak ada yang terjadi tetapi di sisi lain tidak demikian. Im not pretending to be okay but im trying at least to be okay. Saya hanya ingin melewati semuanya as soon as posibble

Perasaan ini perasaan yang tidak bisa saya deskripsikan dengan satu kata. Karena saya tau ini bukan hanya cinta, tetapi lebih dari itu. Saya menyayangi laki-laki ini bukan hanya sebagai seorang pasangan atau kekasih, juga seperti seorang teman, teman ribut, seorang sahabat bahkan seorang adik. I know im not just looking for lover but im looking for someone who can keep up with me

I know there is a lot things i cant deliver with a word. i lost my word, i cant say anything except i know i ever found my the one

Saya tidak tau sepanjang apa perjalanan yang akan saya tempuh dalam usaha melupakan kedepannya. saya hanya percaya, saya bisa melewati semua ini dan akan baik-baik saja pada waktunya

If one day, we're meant to be together, i hope "orang yang sama" song will be played on our wedding:)

Minggu, 18 September 2022

Kamu,

Dear blog

It's been a long time i didnt visit. There're so many things happened.  

Saya telah bekerja dan memulai hubungan baru dengan seseorang. Tetapi, rabu 14 Sept semuanya kembali seperti semula. Kecuali, kenyataan bahwa saya masih berstatus sebagai budak korporat.

Ada kenyataan pahit yang harus saya tukar dengan semua hal yang saya dapatkan setelah menjadi budak korporat dan memulai hubungan. Resiko stress kerja, terlebih jika minggu closingan ditambah hubungan yang mulai renggang dan berakhir pada 14 Sept.

Gak ada yang lebih melelahkan dari hidup yang terus menerus tertimpa masalah.  Yang membuat otak saya terus menerus membangun pemikiran-pemikiran yang cukup menguras tenaga. Bekerja sebagai budak korporat yang merangkap 3 jabatan, benar-benar membuat fisik dan batin saya lelah. Bahkan ada hari dimana saya harus menangis tersedu-sedu di balik sempitnya toilet. Malam di tanggal 13 Sept  saya habiskan dengan menelpon ibu saya sambil menangis tersedu-sedu. Saya merasa lelah menanggung semua beban kerjaan ini. Lalu dengan segala macam keriwehan ini, masalah baru datang.

Tiba-tiba, lelaki yang yakini sebagai yang terakhir, laki-laki yang membuat saya berani untuk  memulai membuat sebuah hubungan, laki-laki yang dulu saya lihat sebagai seseorang yang saya bisa saya andalkan kelak, laki-laki yang juga merupakan sahabat saya bertahun-tahun memilih untuk pergi dan menyudahi hubungan. Ingin sekali rasanya saya memaki dan berkata kasar. Saya capek, boleh di skip dulu gak masalahnya?

Saya menangis hingga larut malam. Saya bersyukur malam itu saya masih bisa diberi tidur yang meskipun jauh dari kata cukup, setidaknya keesokan harinya saya masih punya energi untuk pergi bekerja. Saya tahu bahwa jatuh cinta akan selalu punya resiko patah hati, tetapi mengapa hal ini datang darinya yang notabennya adalah sahabat saya? Saya seperti kehilangan 2 hal sekaligus. Saya merasa sangat dikhianati dan tidak habis fikir dengan keputusannya hari itu. Hingga akhirnya saya merasa bahwa mungkin sudah ada orang lain, karena jika berdasar dari masalah yang kami punya, tidak mungkin ia mengambil keputusan seperti itu. Hingga saat ini saya masih menerka-nerka apakah hal tersebut memang benar. 

Dulu, saat memulai hubungan tidak pernah sekalipun saya berfikir bahwa orang ini akan menyakiti saya seperti ini. Saya tau sejarah kisah cintanya karena kami sering bertukar cerita saat masih berstatus sebagai sahabat, jadi pemikiran akan disakiti olehnya sangat jauh dari fikiran saya. Nyatanya, selama apapun saya mengenal seseorang, tidak akan membuat saya paham jalan fikiran dan pertimbangannya dalam mengambil keputusan. Apa yang ia perbuat hari itu adalah hal yang tidak mungkin saya maafkan. Mungkin benar waktu akan menyembuhkan, tetapi apakah itu akan mengembalikan kondisi kami seperti sebelum memulai hubungan ini? tentu tidak. Apa yang ia berikan tentu akan melekat pada diri saya. Rasa sakit oleh orang yang memegang 2 peran sekaligus dalam hidup adalah hal yang sangat menyakitkan. Bahkan untuk bertemu dengannya pun, akan saya hindari. Saya membencinya dengan sangat. Saya bahkan yakin, caraku memandangnya jika kami bertemu suatu saat nanti tidak akan sama.

Saya akan terus mengingat bahwa ia pernah menyakiti saya dengan sangat dahsyat. Saya akan mengingat bahwa orang ini adalah orang yang paling semangat untuk berkenalan dengan keluarga, dengan janji manis yang begitu mudahnya terucap dan dengan mudah pula ia ingkari. Saya benci dia.

Memutuskan hubungan oleh salah satu pihak kepada pihak lainnya adalah hal yang sah dan wajar dalam sebuah hubungan. Saya tidak akan pernah semarah ini jika orang lain yang melakukannya. Tapi dia? Dia sahabat saya. Dia orang yang memulai semua ini disaat saya belum merasakan apa-apa padanya, saya yang menutup rapat-rapat hati, saya yang tidak percaya sahabat bisa jadi cinta, saya yang tidak ingin mempublish hubungan di sosial media, saya yang tidak ingin mengenalkan orang baru pada kedua orang tua. Dia meyakinkan saya bahwa hubungan ini akan berhasil. Sekarang? dia meninggalkan saya. Sungguh bajingan.


xo,

orionxif