Pages

Selasa, 04 Januari 2022

Ekspektasi

 Hi! Selamat tahun baruan btw, resolusi tahun ini apa aja? Gakpapa gak realistis, masih awal tahun juga kok wkwk.

Oya, belakangan ini lagi kefikiran tentang thesis, bisa gak ya selesainya semester ini? Pusing. Kemarin ketemu teman terus dia ngomong "dalam hidup, kitatuh harus sering bercanda. Karena hidup udah sering banget becandain kita". Lah iya! Hidup akutuh udah sering banget bercanda. Sampe kayak gak tau ini nyata atau gak sih. Hahaha. Sebel!

Kemarin kayaknya hari paling main buat aku. Ya gimana gak, ketemu teman dari siang sampe hampir tengah malam. Bahas tentang hidup dan masa depan. Itu-itu aja sih topik bahasannya. Ya apa lagi emang, masa bahas teori konspirasi? cukuplah topik ini menjadi bahasan cowok-cowok saat hari semakin larut.

Btw ketemu teman SMA kemarin bikin aku makin sadar kalo people change itu benaran. Atau bukan berubah, hanya saja ekspektasi yang aku bangun dari awal sudah sangat salah.  Bahkan memulai untuk berekspektasi saja sudah salah. Karena, tiap orang itu unik. Gak akan statis selamanya

Perbincangan kami kemarin, aku rasa cukup dalam. Karena aku tipikal yang jarang ngomongin hal yang benar-benar berasal dari dalam hati kepada orang lain. Paling mentok yaudah nulis aja. Cuma kemarin, aku rasa aku perlu berbicara ini karena apa yang kami alami lumayan mirip. 

Ya, kami sama-sama pernah ketemu dengan orang yang mungkin saat itu kami anggap he's the one that we're looking for. Turns out, kita salah ternyata. Rasanya gimana, move onnya gimana kira-kira? Ya susah. Aku bahkan butuh bertahun-tahun. Di tahun-tahun itu, bahkan aku masih ngasih ucapan selamat ulang tahun yang tentu aja bukan ucapan langsung, tetapi hanya ku tulis di akun sosial media yg gak akan ada satu orangpun yang tau; sekarang tiap baca tweet itu, aku mikir "gila romantis banget akutu dulu wkwk". Dasar hodob

Lalu aku mulai sadar kalo aku stuck ke dia hanya karena ekspektasi yang aku bangun. Bayangin aja deh, tiap deket sama orang baru dan di treat dengan cara yang hampir sama. Di bawah alam sadarku, akan secara otomatis membandingkan orang baru ini dengan orang terdahulu. Aku akan menganggap bahwa orang dahulu ini pasti akan melakukan ini dan itu. Tapi itu lagi-lagi ekspektasi. Dengan situasi seperti saat ini, apakah dia akan melakukan hal yang sama seperti apa yang dulu dia lakukan? belum tentu. Dia bisa saja berubah. Gak akan sama. Dan perasaan yang aku punya saat itu, adalah perasaan untuk sosok dia dahulu. Bukan yang sekarang. Untuk yang sekarang, aku bahkan belum tau dan tentu saja tidak ada perasaan apa-apa. Aku sadar bahwa aku jatuh cinta pada sosoknya dahulu dan aku stuck di situ selama bertahun-tahun. Aku mengganggapnya tetap pada perasaan dahulu yang kami punya, tapi seiring berjalannya waktu, perasaan itu akan berubah. Salahku karena menganggap itu semua akan tetap sama, makanya butuh bertahun-tahun untuk bisa sadar sepenuhnya.

Kalo ditanya sekarang, udah gak ada. Aku gak mungkin mencintai orang yang bahkan sudah bertahun-tahun tidak ku temui. Lebih tepatnya orang asing. Dan perlu digaris bawahi bahwa ketika kami memutuskan untuk berpisah, aku gak pernah berniat untuk mencari tahu bahkan untuk stalk sekalipun. Perempuan mungkin identik dengan kemampuan stalkingnya, tapi aku tidak. Bukan karena aku tidak punya skill seperti itu, hanya saja aku berfikir, untuk apa? semuanya sudah selesai. Apalagi yang harus aku ketahui? Gaada.

Terakhir tahu kabar, itupun dari teman yang tanpa aku tanya sama sekali dia ngomong kalo orang ini udah punya pacar. Sudah setahunan kurang lebih katanya. Tanggapanku, oh ya alhamdulillah. Respon ini bukan respon untuk pretending to be okay ya, kenyataannya aku baik-baik saja. Gakpapa dan tidak akan kenapa-kenapa. Kenyataannya doaku terkabul. Meskipun aku gak tau pasangannya seperti apa dan tidak berniat mencari tau juga, tapi kalimat terakhirku sebelum berpisah adalah u deserve better person. dan ku harap dia memang benar-benar orang yang selama ini dia butuhkan. Dan aku, i deserve my own happiness juga. Gak muluk-muluk harus punya pasangan baru juga. Bagiku, segini juga udah bahagia dan bersyukur. Gakpapa banget nunggu bertahun-tahun terus tiba-tiba di kasih jodoh yang baik dan nikah? Kan nobody knows. Yang penting progress perbaikan dirinya terus berjalan.

Ngomong u deserve better person bukan berarti aku blaming diri sendiri. Gak ada sama sekali. Aku cuma merasa ini masalah kecocokan dan masalah kedewasaan saja. Saat itu, masih belum nyampe dan memang tidak cocok saja. Tapi bukan berarti aku merasa rendah dari orang yang saat ini dia punya. Aku gak akan pernah membandingkan diriku dengan dia, karena apa yang mau dibandingin sih, orang gak kenal juga dan gak peduli juga. Istilahnya none of my business bestie

Intinya no hard feeling sama sekali. Gak ada. Apanya yang mau hard feeling sementara udah move on, aneh-aneh aja. Udah gak ada rasa, jadi yaudah sih. Udah selesai. Paling kalo di tanya kalo tiba-tiba ketemu bakal apa? Ya kalo di sapa duluan, yaudah di sapa balik. Kalo engga, yaudah sih gak di sapa juga. Orang aku jarang merhatiin sekitar juga jadi gak bakal ngeh juga kalo tiba-tiba orang ini ada. Jadi ya gitu. Prinsipku kalo orang pengen berteman dengan aku, aku bakal terima. Kalo gak, yaudah hak masing-masing. Aku gak bakal pusingin sesuatu yang berada di luar kontrolku. Seperti itu ceunah

Xoxo

Orionxif


Tulisan

 Dari dulu selalu senang baca. Apapun kayaknya suka kecuali jurnal. Gak semua sih cuma beberapa kadang bikin mual. Hiperbola? betul.

Berangkat dari kesenanganku membaca, aku jadi senang untuk menulis, sampai sekarang. Hal yang kusukai dari menulis adalah aku bisa tertawa terbahak-bahak dan tersenyum saat membaca ulang tulisanku beberapa tahun kemudian. yang mungkin dulunya di tulis dengan beraneka rasa, marah, sedih, gembira. Setelah semuanya berlalu, semuanya terasakan melegakan karena berhasil melewati itu semua. 

Belakangan ini aku kembali membaca ulang beberapa tulisan yang sempat ku tulis di sec acc twitter dan juga blog. Dan responku adalah :

"Kenapa bisa se-desperate itu ya?"

"drama queen abis u"

"dasar hiperbola"

Jijik sih. Kadang saking jijiknya sampe di hapus tulisannya. Tapi kadang-kadang, aku juga mencoba menempatkan diriku pada ifah beberapa tahun lalu. Mungkin untuk saat ini, masalah yang dihadapi olehku beberapa tahun lalu adalah masalah yang tidak berat dan bisa ku handle dengan baik. Sayangnya, aku di masa lalu, belum punya cukup pengalaman dan menganggap inilah ujian terberat. Nyatanya, makin umur makin nyadar, masalah itu akan semakin besar setiap kali usia bertambah dan akan selalu ada. Makanya kalo doa, minta raga dan hatinya di kuatkan.

Masalah itu akan selalu berat pada awalnya. Tapi, bukan berarti tidak bisa untuk dilalui. Pasti bisa dan akan selalu ada jalan. Semangat, fah!