Pages

Minggu, 06 Februari 2022

Settled life?

Sudah bulan februari, gimana 2022-nya?
Belakangan ini merasa sedang tumpul dalam menulis. Tidak hanya menulis biasa, bahkan untuk memulai konsultasi judul, mencari jurnal referensi bahkan tidak saya lakukan. Saya sibuk dengan suara yang berasal dari fikiran saya yang membuat saya tetap terjaga bahkan di malam hari. Saya tidak melakukan apa-apa dan tidak ingin melakukan apa-apa. Saya kehilangan motivasi dan percaya diri untuk mengakhiri apa yang sudah saya mulai.

Saya kehilangan keyakinan tentang diri sendiri, saya berhenti sejenak. Berusaha untuk mengenal apa yang saya mau, berusaha mencari apa yang sebenarnya saya inginkan kedepannya, saya berfikir dan membaca beberapa tulisan orang lain di quora, blog, dan wordpress. Berharap ada yang membuat saya tertarik untuk meneruskan apa yang sudah saya mulai ini.

Mata saya lalu tertarik dengan tulisan yang baru saja saya jumpai di wordpress pribadi seseorang, judulnya Settled or unsettled life? Ditulis oleh seseorang yang tidak menyukai kepastian dan menyukai kebebasan. Ditulis pada tahun 2015, tahun yang mengingatkan tentang saya yang saat itu baru saja memasuki tahun kedua masa perkuliahan. Saya berharap, saya lebih cepat menemukan tulisan ini, tapi tidak ada salahnya jika saya temukan sekarang. Saya hanya berandai jika tulisan ini saya temukan lebih cepat, saya mungkin......ah lagi-lagi pengandaian ini menyesatkan

Settled or unsettled life adalah tulisan yang menurutku menarik untuk dibaca oleh orang yang mungkin punya keinginan sama denganku, yaitu settled life. Saya mengagungkan kehidupan yang settle. Saya merasa bahwa saya akan bahagia jika saya mendapatkannya. Tapi apakah itu benar? bagaimana jika sebaliknya?
Dari tulisan tersebut saya belajar bahwa demi mewujudkan cita-cita, akan ada oportunity cost yang harus kita bayar. Dari semua pengorbanan yang telah kita lakukan, kita bahkan masih harus siap untuk malu, gagal bahkan bangkrut demi semua angan yang ingin kita bangun.

Semua konsekuensi dalam meraih cita-cita ini adalah mimpi buruk. Yang tidak semua orang akan legowo jika dihadapkan pada situasi tersebut. Bahkan hal inilah yang membuat saya enggan untuk memiliki cita-cita tinggi. Tapi cita-cita 'tidak' tinggi sekalipun akan selalu punya konsekuensi yang sama, yaitu gagal. Tapi bukankah lebih baik gagal daripada tidak pernah mencoba sama sekali? dan gagal bukan satu-satunya jawaban dari setiap usaha, jika beruntung salah satu mimpimu mungkin akan terwujud.

Tulisan ini mengajarkan saya bahwa mumpung masih muda, coba aja. Masih mending gagal daripada gak pernah nyoba sama sekali. Daripada tua, menyesal, overthinking. Yasudah. Gak akan ada yang berubah kalo begini terus. Yasudah, mari kita coba!