Pages

Sabtu, 12 Agustus 2023

Logika Hitam Putih

 Jika tidak salah ingat, ini adalah tulisan pertama saya di tahun 2023.

Tahun 2023 sebentar lagi selesai, resolusi apa saja yang sudah terwujud tahun ini? Tetap waras tentu saja. Well akhirnya tahun ini saya berhasil memulai dan berhasil pula mengakhiri tesis life saya. Gak nyangka tapi alhamdulillah udah selesai semuanya hehe. Tinggal nunggu wisuda aja.

Baiklah, sudah cukup basa-basinya. Saya kesini karena pengen cerita hal-hal tentang diri saya yang menurut saya lumayan bermasalah selama ini. Pertama, saya mulai menyadari bahwa selama ini saya menggunakan logika hitam-putih, baik-buruk. Pemikiran ekstrem yang tidak mengenal abu-abu.

Ketika saya bertemu orang lain dan tidak sengaja oversharing, saya akan memaki diri saya karena menganggap bahwa orang lain mungkin ilfeel ketika saya oversharing. Saya langsung memutuskan bahwa orang itu akan ilfeel kepada saya. Ketika keesokan harinya ia berubah terhadap saya, saya meyakini bahwa perubahan tersebut disebabkan karena ilfeel pada saya. Lalu jika ia tidak berubah, saya tetap meyakini bahwa oversharing yang saya lakukan semalam adalah hal yang salah. Lihat bagaimana saya memutuskan opsi yang jelas-jelas justru menyakiti saya? Kalaupun misalnya orang tersebut berubah saya tidak pernah mempertimbangkan bahwa bisa saja penyebabnya adalah hal eksternal lain, seperti dia sedang mengalami hari buruk saat itu dll. Saya justru hanya menyediakan dua opsi. Padahal dalam hidup, pilihan gak selalu ya dan tidak, hitam dan putih. Ada banyak pilihan dan saya justru menyempitkan opsi yang saya punya.

Anehnya, pandangan tersebut hanya berlaku pada pemikiran saya tentang diri sendiri. Sedangkan ketika orang lain yang melakukan oversharing kepada, saya memaklumi hal tersebut dan tidak menilai buruk orang tersebut. Pertanyaannya mengapa saya tidak menggunakan kacamata yang saya gunakan pada orang lain kepada diri saya sendiri? 

Kecenderung saya menggunakan logika hitam-putih yang ketika dihadapkan pada pilihan baik-buruk, alih-alih saya memilih pemikiran baik, pemikiran buruklah yang selalu jadi opsi pertama ketika hal tersebut berkaitan dengan diri saya, sedangkan pemikiran baik selalu saya gunakan untuk orang lain. Lagi-lagi, sebagai manusia, saya fikir saya sudah memanusiakan manusia, nyatanya manusia terdekat yang mendampingi saya setiap harinya, justru saya diskriminasikan. Gak heran, ketika saya membaca tentang logika hitam-putih ini, saya merasa sangat dzalim pada diri sendiri. Bahkan mengatakan maaf pada diri sendiri saja sudah membuat saya ingin meneteskan air mata. Sungguh, 27 tahun hidup bersama fisik ini tidak membuat saya betul-betul memahami tentang diri saya.

At the end, terima kasih ifah untuk semuanya. Maaf karena selama ini saya sangat jahat padamu. Saya berjanji mulai dari hari ini saya akan mulai belajar untuk memahami kamu. Saranghae<3

0 komentar:

Posting Komentar