Pages

Jumat, 03 September 2021

3 September 2021



It's been a while. Tahun lalu, foto ini adalah foto yang paling saya hindari karena bisa nangis kalo liat ini. 22 Februari 20, Tuhan ngasih petunjuk yang sangat luar biasa sehingga bisa sampai pada posisi 1 saat sesi itu. Gak pernah nyangka bisa liat nama sendiri berada di posisi satu saat ujian. Terlebih saat itu, saya memilih BPK. Awalnya pesimis, karena mikir ini yang daftar BPK 2400 orang dan yang diterima cuma 22 orang untuk manajemen. Nothing to lose ceritanya. Tapi liat nama berada di posisi 1 saat SKD sesi membuat saya berani untuk mulai berharap dan menerka "mungkin di sini jalanku".

Saat itu, langsung kefikiran nelpon Ayah dan betapa bahagianya beliau setelah tahu kabar bahagia ini. Dan disinilah semua harapanku dimulai.

Lalu tibalah saat pengumuman untuk lanjut SKB. Saat itu saya berada di posisi 56 dan berhasil masuk pada tahap SKB. Meskipun posisinya agak lumayan tidak menguntungkan, tetapi saya tetap berusaha untuk bisa bersaing.

Namun saat pengumuman akhir, ternyata nama saya tidak berada dalam urutan 22 orang yang lulus di BPK. Kalo ditanya kecewa gak, kecewa pasti. Sampai rasanya saat itu kaki udah gak napak di tanah. Bayangan ayah saya sholat tengah malam dan doanya kepada Tuhan untuk meluluskan saya tiba-tiba bermunculan. Bayangan usaha saya selama ini terasa sia-sia. Saya menangis (bahkan hingga menulis ini). Kaki saya lepas dan meskipun saya paksakan untuk berjalan, langkah saya tetap goyah. Saya jatuh pada pelukan ibu saya. Saya menangis hingga lupa bagaimana bisa berpindah dipelukan ayah saya. Berjam-jam saya menangis sampai di pundak ayah. Kata maaf berkali-kali saya ucapkan dan beliau cuma bilang 
"Papi sudah bangga sama ifah nak. Ifah nda pernah susahkan papi sama mami. Mandiri sekali sejak kecil. Bisa urus dirinya, sekolahnya baik, sholat dan mengaji tanpa papi suruh. Ifah berhijab tanpa papi minta. Jangan sedih nak, apa yang kita sedihkan? Kalo urusan bangga, sudah dari dulu nak papi bangga sama kita"


Ya, seperti itu kata beliau. Sangat mampu menghiburku meskipun hatiku terasa sakit karena lagi-lagi gagal di tahap terakhir. Setelahnya, saya berubah. Cenderung tertutup. Berbulan-bulan. Awalnya, saya tidak pernah menyadari hal tersebut, namun ibuku pernah bilang bahwa ada yang berubah dari anaknya ini. Sahabatku pun mengatakan yang sama. Saya jadi orang yang berbeda beberapa bulan itu. Sampai akhirnya, bahkan hari ini saya merasa sudah menjadi seperti ifah yang dulu. Lalu bertemulah dengan kenangan ini lagi. Saya kira, saya akan baik-baik saja menceritakan hal ini, nyatanya tidak, masih saja menangis meski tidak sesakit dahulu.

Xo,

Orionxif

0 komentar:

Posting Komentar